30 Santri Penerima Beasiswa S1 Al Azhar Kairo Mesir Dilepas Gubernur Khofifah
SURABAYA,PEWARTAPOS.COM – Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa melepas 30 santri penerima beasiswa S1 Universitas Al Azhar Kairo, Mesir di Gedung Negara Grahadi, Selasa (4/1/2022) malam.
Para santri tersebut selanjutnya akan diberangkatkan menuju Mesir besok, Rabu 6 Januari 2022, Bagi para penerima beasiswa, Pemprov menyiapkan seluruh biaya perjalanan, pendidikan selama delapan semester serta tempat tinggal yang sementara ini masih berstatus kontrak.
Gubernur Khofifah saat sambutannya, mengatakan, saat ini Pemprov Jatim sedang mematangkan rencana membeli hunian mahasiswa di Mesir. “Dari struktur anggaran sesungguhnya memungkinkan, tetapi regulasi yang perlu dicarikan format untuk menyiapkan hunian itu, nanti kita cocok-cocokan lagi formatnya,” ujar Khofifah.
Kepada para calon mahasiswa, Khofifah berpesan agar mereka tak sekadar mencari ilmu dan mendapat ijazah. Sebab, ada sesuatu yang lebih serius dan besar bagi mahasiswa. Yakni membawa misi renaisance (Abad pencerahan) yang dulu dari Timur Tengah, lalu ke Eropa, Amerika dan kIni sudah ke Asia. Mestinya momentum ini di tangkap Indonesia. Karena jika yang menangkap Indonesia, maka pesantren itu pusatnya di Jawa Timur dan dari sini akan terlahir Islam Rahmatan Lil Alamin.
“Sejak 2010 saya selalu mengatakan prediksi Kishore Mahbubani bahwa renaisance masuk Asia. Sejak saat itu saya sampaikan agar ini ditangkap di Indonesia. Begitupun prediksi Syekh Yusuf Qordowi tahun 2011 bahwa centrum penyiaran Islam berangkat dari Indonesia. Tapi saya menunggu siapa yang mengomandani ini?,”kata Gubernur Jatim, Khofifah yang juga Ketua PP Muslimat NU tersebut.
Kalau kita bisa menanamkan nilai-nilai Islam yang benar dalam diri generasi muda berarti kita sudah bisa memutus jalan dari terorisme. Pesan dari grand syeikh Al Azhar ini tentu akan menjadi catatan kita semua bahwa kehadiran Islam penuh kasih dan damai Rahmatan Lil Alamin itu dibutuhkan dunia,” tegasnya.
Mantan Mensos ini mengakui sejak 2010 ada prediksi dari Tesar Mahbubani bahwa renaisance itu akan masuk ke Asia setelah muncul di timur tengah lalu berkembang ke dunia barat. Hal itu diperkuat pendapat Syeikh Yusuf Qordawi pada 2019 lalu juga memberikan prediksi bahwa nanti centrum penyiaran Islam itu akan berangkat dari Indonesia.
Bak gayung bersambut, kata Khofifah saat wakil grand syeikh Al Azhar Cairo, Syeikh Khudud berkunjung ke Jatim, pihaknya menyampaikan keinginan agar Jatim mendapatkan jatah kuota (seat) beasiswa dari Al Azhar. Namun kewenangan tersebut ada pada Grand Syeikh, sehingga kemudian kami diberi kesempatan berkunjung langsung ke Al Azhar Mesir
“Saat ketemu grand syeikh Al Azhar, saya sampaikan di Jatim ada program beasiswa untuk guru madin dan untuk program S1 sudah selesai dan tahun ini masuk ke program S2 dan S3. Saya ingin program S1 nya kita ingin dikirim ke Mesir,” ungkap ketum PP Muslimat NU.
Selanjutnya, sekitar 3 bulan lalu ketika rais aam PBNU KH MIftahul Akhyar ke Mesir juga menyampaikan potensi Jatim yang bisa dikerjasamakan dengan Al Azhar karena Jatim banyak memiliki pesantren. Selanjutnya Dubes Mesir diminta untuk melihat langsung ke Jatim.
“Saat Dubes Mesir ke Jatim saya dampingi untuk bisa melihat metode talakki yang digunakan beberapa pesantren di Jatim, seperti di Ponpes Langitan Tuban, Sidogiri Pasuruan, dan Salafiyah Syafi’iyah Sitobondo,” jelasnya.
Dalam kunjungan tersebut, Dubes Mesir juga kita perlihatkan turos karya ulama Jatim dan mereka tertarik dengan karya-karya ulama Jatim, seperti karya Syaikhona Kholil Bangkalan. “Makanya Dubes Mesir kemudian mengajak tukar menukar turos yang ada di Alexandria dengan yang ada di Jatim,” jelas Khofifah.
Lebih lanjut Khofifah juga menyampaikan, Jatim saat ini tengah berupaya membangun sister province dengan Alexandria, Mesir. Upaya ini telah ditindaklanjuti oleh Dubes Indonesia untuk Mesir agar Provinsi Jatim dipertimbangkan melakukan sister province dengan Alexandria. “Tiga hari lalu suratnya turun dari Kementerian Dalam Negeri agar rencana pengajuan sister province dengan Alexandria disegerakan dengan identifikasi yang telah ditentukan,” tutur Khofifah Gubernur perempuan pertama di Jatim ini.
Sementara itu, Ketua Lembaga Pengembangan Pendidikan Diniyah (LPPD) Jatim Abdul Hamid Syarif menambahkan, para penerima beasiswa telah mengikuti seleksi dan matrikulasi. Seleksi awal pada tahun 2021 dilakukan ujian kitab kuning oleh 110 peserta, dan yang lolos 60 pendaftar diikutkan ujian Bahasa Arab. Setelah itu, para santri yang lolos mengiktui matrikulasi selama lima bulan untuk mencapai Marhalah 7. “Dari 30, yang mendapat marhalah 6 hanya 5 orang. Selebihnya marhalah 3-4. Padahal untuk bisa masuk Al Azhar harus marhalah 7,” ujar Hamid.
Hamid berharap, Pemprov Jatim kedepan dapat segera merealisasikan pembelian flat hunian untuk kapasitas sekitar 160 orang. Anggaran yang dibutuhkan ialah Rp 15,5 miliar. “Rencananya falt itu empat tingkat, satu tingkat diisi 30 – 40 mahasiswa. Di situ ada aula untuk kajian-kajian dan pembinaan mahasiswa. Agak mahal karena lokasinya di distrik tengah kota,”pungkas Hamid ( * )