Paguyuban Adat Istiadat Gelar Silaturahmi
MOJOKERTO, PEWARTAPOS.COM – Perkembangan pelestarian adat istiadat kearifan lokal di Indonesia cukup signifikan. Kesadaran masyarakat untuk melestarikan adat istiadat dari pendahulunya melalui kebijakan kolektif mereka.
Dalam kaitan ini gabungan paguyuban adat istiadat se-Jawa Timur telah menggelar acara saresehan budaya silahturahmi berlokasi di Jolotundo Kabupaten Mojokerto pada tanggal 30 Januari lalu.
Seniman dan budayawan Eyang Weldo mengatakan, pertama yang harus kita pahami itu adalah permasalahan sebenarnya apa. Kemudian kita harus jernih melihat keadaan ini, kita harus mampu menempatkan diri sebagai seorang bapak. Ketika melihat anak-anaknya berbeda pendapat tanpa harus menyalahkan satu dengan yang lain, seperti seorang bapak terhadap anak-anaknya dengan memihak salah satunya. “Walaupun orang tua tahu siapa yang salah dan siapa yang benar,” ujarnya.
Oleh karena itu pinisepuh bisa menempatkan diri sebagai sesepuh bukan sesepah, tunjukanlah sebagai orang tua yang bijak. Jadi acara yang kemarin itu tidak mengenai sasaran sama sekali dan alam semestapun tidak merestui, leluhur tidak merespon. Berbudaya itu mengalir apa adanya, pelaku budaya seharusnya siap melakukan perubahan dan siap untuk diubah, kalau tidak itu namanya adat istiadat.
Tepatnya acara kemarin itu sebagai pelestari adat istiadat, bukan budaya. Weldo menegaskan, yang harus kita jaga itu akar budaya. Artinya akar itu tidak akan berubah tapi yang berubah itu pohonnya mengikuti masa dan kondisinya secara natural, kita harus paham dengan lingkungan kita sendiri.
Weldo menambahkan bahwa acara kemarin itu gaungnya kurang memahami permasalahan, yang mereka lakukan hanya ingin melampiaskan dirinya sendiri tanpa melihat persoalan sebagai momentum saja,” tutup Weldo. (tung)