Menkeu Terus Pantau Resiko Global Untuk Keberlanjutan Pemulihan Ekonomi
JAKARTA, PEWARTAPOS.COM – Risiko geopolitik, kenaikan harga komoditas dan inflasi, pengetatan kebijakan moneter, dan volatilitas pasar keuangan diperkirakan akan terus memoderasi pertumbuhan ekonomi global. IMF memprediksi pertumbuhan global akan melambat dari proyeksi Januari 2022 sebesar 4,4 % menjadi 3,6 % pada April 2022 (turun 0,8 poin persentase dibanding proyeksi sebelumnya).
Sedangkan risiko global dilaporkan tersus mengalami peningkatan, khususnya didorong percepatan normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat serta konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Kombinasi masalah geopolitik tersebut menimbulkan kenaikan harga komoditas global khususnya sektor pangan dan energi, serta kenaikan inflasi di beberapa negara maju, serta meningkatkan volatilitas arus modal, nilai tukar, dan sektor keuangan.
“Ekonomi Indonesia dan momentum pemulihan masih terus berjalan dengan baik, dan ini akan terus terjaga seiring dengan kegiatan ekonomi masyarakat yang akan terus meningkat, terutama menjelang Idul Fitri, di mana mobilitas akan meningkat. Mobilitas telah menunjukkan peningkatan secara konsisten di kuartal I-2022 dan disertai kegiatan konsumsi mereka,”ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat konferensi pers APBN KiTa edisi April 2022 pada Selasa (20/04/22).
Menkeu Sri Mulyani menjelaskan bahwa surplus perdagangan kembali meningkat pada Maret 2022 yang sejalan dengan pertumbuhan positif kinerja ekspor dan impor. Menkeu memperkirakan konsistensi ekonomi akan meningkatkan dan terus menguat sepanjang tahun 2022 ini.
“ Dari sisi domestik, kinerja APBN di bulan Maret masih mencatatkan surplus, didukung kinerja positif pendapatan negara yang mengalami pertumbuhan pada semua komponen. Sementara transmisi risiko global ke belanja dan pembiayaan perlu diantisipasi dengan upaya optimalisasi yang terus dilakukan,” papar Sri Mulyani.
Realisasi Belanja Negara sampai dengan akhir Maret 2022 mencapai Rp490,6 triliun (18,1 persen dari pagu APBN 2022) atau lebih rendah 6,2 persen (yoy) dari tahun sebelumnya. Realisasi Belanja Negara tersebut meliputi realisasi Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp314,2 triliun dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sebesar Rp176,5 triliun.
Lebih lanjut Menkeu menegaskan bahwa aktivitas pemulihan ekonomi Indonesia tahun 2022 masih akan terus terjaga seiring membaiknya kondisi fundamental domestik. Hal tersebut dapat dilihat dari aktivitas perekonomian di kuartal 1 tahun 2022 ini masih cukup kuat dengan indicator konsumsi dan produksi menunjukkan tren pemulihan yang baik.
“ Neraca perdagangan Maret 2022 kembali menguat sekaligus meneruskan tren surplus sejak Mei 2020, dikontribusi oleh surplus neraca nonmigas. Ekspor dan impor bulan Maret 2022 tumbuh positif (yoy) dipengaruhi menguatnya harga komoditas yang masih tinggi dan dibukanya kembali ekspor batubara. Selanjutnya, kinerja impor didorong meningkatnya kebutuhan industri (bahan baku dan barang modal), serta meningkatnya kebutuhan BBM untuk industri maupun konsumsi masyarakat,” tandasnya.(iz)