Wisata

Nusantara: Konseptual Negara Politik Gagasan Kerajaan Singhasari pada Abad ke-12

Share Berita:

MALANG, PEWARTAPOS.COM – Nama Nusantara kembali mencuat setelah Pemerintah Republik Indonesia secara resmi memberikan nama Calon Ibu Kota Negara (IKN) dengan nama Nusantara. Pemilihan nama ini dianggap menggambarkan konseptual sebuah negara dengan banyak pulau yang disatukan oleh lautan.

Nusantara dianggap menarik untuk dibahas secara lebih lanjut karena didalamnya mengandung usaha mempersatukan wilayah dalam sebuah kesatuan politik yang ternyata telah digagas oleh Kerajaan Singhasari pada abad ke -12. Hal tersebut disampaikan dalam amanat Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Sinarto, S. Kar., MM yang diwakili oleh Kabid Cagar Budaya dan Sejarah (CBS), Dwi Supranto, SS., MM.

“ Gagasan untuk menyatukan nusantara dalam sebuah kesatuan merupakan salah satu warisan penting dari kerajaan Singhasari. Konsep itu pula yang kemudian menginspirasi Mahapatih Gajah Mada dari kerajaan Majapahit yang terkenal dengan Sumpah Pallapa untuk mempersatukan nusantara,” ujarnya dalam pembukaan “ Focus Group Discussion Kajian Literasi Singhasari Tahun 2022” di Hotel Aliante Malang, Rabu (18/05/22) malam.

Dalam sambutannya Kabid CBS, Dwi Supranto menjelaskan, tidak dapat dipungkiri bahwa eksistensi kerajaan Singhasari masih sedikit tertutup oleh gemerlapnya kebesaran Kerajaan Majapahit. Namun jika ditarik benang merah, sebenarnya Kerajaan Majapahit merupakan penerus dari Kerajaan Singhasari. Tidak hanya penerus secara garis keturunan, namun juga meneruskan berbagai konsep dan tatanan yang telah di gagas sejak era Singhasari.

Kerajaan Singhasari yang berjaya hanya pada kurun waktu 70 tahun, nyatanya telah banyak meninggalkan jejaknya melalui kemegahan cagar budaya yang dapat kita jumpai hingga saat ini. Seperti Candi Singhasari yang menunjukkan perbauran antara agaram Siwa dan agama Buddha, Candi Kidal, Candi Jago, Candi Sumberawan, Candi Jawi, Arca Prajnaparamita serta Arca Joko Dolog.

“ Sebuah fenomena umum bahwa fakta sejarah masih sedikit tertutup oleh daya tarik berbagai mitos dan legenda sehingga lebih popular di masyarakat. Tentu hal tersebut menjadi tugas kita bersama untuk menggali lebih mendalam berbagai fakta sejarah tentang Singhasari, agar kemudian dapat disampaikan kepada masyarakat luas sebagai bagian dalam pembelajaran sejarah dan budaya,” imbuhnya.

Kegiatan  ini dihadiri oleh 40 peserta yang terdiri dari akademisi, komunitas pelestari cagar budya dan sejarah, MGMP sejarah wilayah Malang Raya, TACB Provinsi Jatim dan Kota Malang, serta Instansi terkait di wilayah Malang Raya.

Forum Discussion ini menghadirkan 8 narasumber kompeten yang terbagi dalam 3 sesi, yakni DR. Abimardha Kurniawan, DR. Dedy Yudho Wahyudi, S. Pd., M. Hum, Goenawan Agung Sambodo, DR. Wayan Jarrah Sastrawan, DR. Titi Surti Nastiti (Pusat Arkeologi Nasional), Andi Asmara, S.S, Isa Wahyudi, S. Psi., M. Psi dan Drs. Joko Adi Prasetyo, M. Si .

Kadisbudpar Jatim berharap dari acara ini akan ada banyak hal yang dapat digali secara lebih mendalam dari berbagai warisan budaya baik bendawi maupun tak benda yang telah diwariskan kerajaan Singhasari sebagai sumber inspirasi. Terlebih lagi dengan dijadikannya Singosari sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang akan menunjang kemajuan kawasan serta mempertegas identitas Singhasari kedepannya.

 “ Tentunya menjadi tugas kita bersama untuk melestarikan berbagai tinggalan luhur dari peradaban masa lalu tersebut. Dan yang terpenting adalah bagaimana kita bisa mengelola dengan sebaik-baiknya berbagai warisan budaya tersebut untuk kesejahteraan masyarakat bersama,” pungkasnya.(iz)


Share Berita:
Tags
Show More

Related Articles

Back to top button
Close
Close