Surabaya

KKN ITS Ciptakan Aerator Berbasis Fotovoltaic, Tingkatkan Efektivitas Petani Udang

Share Berita:

SURABAYA, PEWARTAPOS.COM – Tim Kuliah Kerja Nyata Pemberdayaan Masyarakat (KKN PM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menciptakan aerator berbasis fotovoltaic guna memperkuat ekonomi para petani tambak udang.

Ketua Tim KKN PM I, Putu eka Widya Pratama SSi MSc RWTH menyampaikan, aerator penting untuk memberikan pasokan oksigen dalam mengembangkan budidaya tambak udang. Hal tersebut disampaikannya pada Rabu (10/08/22).

“ Penggunaan aerator yang masih tradisional membutuhkan sumber listrik yang cukup besar sehingga menurunkan efektivitas produksi para petani udang. Kami memilih Desa Gunung Anyar Tambak Surabaya untuk penerapan inovasi baru ini karena merupakan desa yang sedang mengembangkan budidaya tambak udang dan diharapkan dapat menjadi desa digital dengan mengembangkan energy terbarukan,” ujar Eka.

Dosen Departemen Teknik Instrumentasi ini mengungkapkan, anggota KKN yang dipimpinnya terdiri dari 14 mahasiswa dari Departemen Teknik Instrumentasi, tujuh mahasiswa Departemen Teknik Elektro, dan dua mahasiswa Departemen Statistika Bisnis. Kegiatan KKN ini sendiri sudah mulai dilaksanakan dari bulan Juni lalu.

“Di sini (kegiatan KKN PM, red) para mahasiswa dapat berkontribusi dengan mengembangkan energi terbarukan untuk Desa Gunung Anyar Tambak,” ujar Eka, Rabu(10/8/2022).

Aerator berbasis fotovoltaic ini merupakan alat penghasil gelembung udara bertenagakan cahaya matahari yang berfungsi untuk menghasilkan tambahan oksigen pada akuarium, yang dalam hal ini adalah tambak.  Dengan adanya aerator ini, dapat meningkatkan jumlah dan mutu oksigen yang di butuhkan udang dalam tambah tersebut. Dengan begitu udang akan tumbuh lebih sehat dan cepat.

“ Alat ini menggunakan sistem kerja otomatis. Ketika panel surya terkena sinar matahari, maka akan melepaskan listrik yang dikendalikan oleh pengontrol untuk menstabilkan tegangan keluaran energi dari panel surya. Pengontrol menempatkan energi panel surya ke dalam baterai ketika mesin tidak bekerja, yang sering disebut pengisian baterai,” papar Eka.

Saat mesin bekerja, daya dari motor diambil dari baterai dan melewati pengontrol. Saat tegangan pengisian di baterai telah mencapai keadaan penuh, maka pengontrol akan menghentikan arus listrik yang masuk ke dalam baterai untuk mencegah pengisian yang berlebihan. Sehingga ketahanan baterai akan jauh lebih tahan lama.

“Dengan begitu, baterai aerator ini akan bertahan selama 10 – 15 tahun, saat diaktifkan, motor alat ini akan memutar kincir secara otomatis untuk menghasilkan gelembung udara. Aerator ini akan bekerja sesuai jam dan menit tertentu dan akan berhenti beroperasi selama 4 jam yakni dari jam 11.00-14.00,” imbuhnya.

Eka berharap kedepannya dapat menerapkan Internet of Things (IoT) pada aerator tersebut. Sehingga para petani dapat mengendalikan dan memantau aerator dari rumah dengan menggunakan smartphone yang sudah terintegrasikan. Untuk saat ini, Eka berharap aerator yang ada sekarang dapat meningkatkan efektivitas hasil produksi petani Desa Gunung Anyar Tambak.(iz)


Share Berita:
Tags
Show More

Related Articles

Back to top button
Close
Close