Bangun Kemandirian Bangsa, BRIN Gelar Webinar Riset Kosmetik Biomassa
JAKARTA, PEWARTAPOS.COM – Kosmetik menjadi salah satu kebutuhan bagi setiap orang di era globalisasi seperti sekarang ini, kementerian perindustrian menyatakan bahwa pertumbuhan indistri kimia, farmasi dan obat tradisional termasuk kosmetik tumbuh 9,39%. Angka ini berkontribusi sebanyak 1,92% terdapat Produk Domestik Bruto (PDB).
Bahkan dalam kondisi pandemi nilai ekspor produk-produk ini mencapai Rp4,44 triliun dan memberikan kontribusi cukup besar untuk devisa. Menilik kondisi tersebut, tentunya industri kosmetik masih sangat membutuhkan bahan baku produk kosmetik, termasuk mengikuti tren kosmetik dari bahan alami.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala ORHL BRIN Iman Hidayat pada saat membuka webinar yang terjauk “ Membangun Kemandirian Bangsa dengan Riset Kosmetik Berbasis Biomassa” yang digelar Jum’at (12/08/22).
“ Saat ini tugas BRIN melalu Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan (ORHL) adalah melaksanakan riset di bidang biodiversitas, mentransformasikan riset bidang biodiversitas dan melakukan riset tentang biomassa. Oleh karena itu keberadaan biomassa dan bioproduk menjadi sangat penting karena menjadi komponen utama industri,” ujar Iman Hdiayat.
Sejalan dengan hal tersebut, Kepala Pusat Riset Biomasia dan Biopruduk (PRBB) ) menyatakan banyak sekali pemanfaatan biomassa yang telah dilakukan dalam riset. Diantaranya meliputi kayu, non-kayu, resin, serat alam, polisakarida, biji-bijian, limbah pertanian, tanaman air, makroalga, dan oily-plant residue untuk menghasilkan biomaterial, biokimia, bioenergi dan bioproduk lainnya.
“Terdapat beberapa contoh riset biomassa untuk aplikasi kosmetik telah dilakukan Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk (PRBB), yaitu riset tengkawang, namun statusnya masih uji lanjut untuk krim wajah anti penuaan dan anti oksidan sampai layak pakai dan dijual. Selain itu, ada juga riset untuk pemanfaatan daun ulin sebagai minyak rambut/pomade dan minyak astiri utk berbagai produk wewangian dan aplikasi lainnya ,” imbuhya.
Widya Fatriasari, selaku Koordinator (Person in Charge) Pusat Kolaborasi Riset Kosmetik Nano Berbasis Biomassa dari Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk BRIN, menjelaskan fokus riset BRIN untuk biomassa adalah pemanfaatan komponen biomassa khusunya cell walls, seperti lignin, selulosa, hemiselulosa dan juga ekstraktif lain yaitu tannin, atsiri dan herbal.
“Melalui teknologi nano partikel ukuran 100 nano, material biomassa tersebut kami coba untuk ekstrak untuk menghasilkan material aktif kosmetik. Hasil kolaborasi potensi kedua riset inilah yang menginisiasi terbentuknya Pusat Riset Kolaborasi Kosmetik Nano Berbasis Biomassa dimana targetnya adalah agar aktif material dapat diolah dengan menggunakan nano teknologi untuk mengembangkan kosmetik nano.
Widya menegaskan pihaknya baru saja melakukan berkolaborasi dengan Universitas Mulawarman dan Universitas Airlangga, namun ada juga kolaborasi dengan international seperti dengan Universiti Teknologi Malasyia (UTM) dam Kyushu University Jepang.
Dilihat dari sisi nano teknologi, Yenny Meliana Peneliti pada Pusat Riset Kimia Maju BRIN menjelaskan teknologi nanoemulsi arahnya adalah untuk meningkatkan efektivitas kosmetik dalam memfasilitasi penyerapan kulit dari setiap produk.
“Melalui teknologi nanoemulsi kita mencampur fasa minyak dan fasa air dengan menggunakan surfaktan sehingga menjadi emulsi yang cocok untuk produk kosmetik. Untuk tampilan bentuk produk nanoemulsi ukurannya lebih stabil secara kinetika dan jernih. Prinsipnya teknologi ini membuat kelarutan suatu zat di dalam besaran droplet terhadap waktu, sehingga ukurannya lebih stabil,” pungkas Yenny.(iz)