Mahasiswa Unair Lolos Pendanaan PKM Riset Sosial Humaniora
SURABAYA, PEWARTAPOS.COM – rogram Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh Ditjen Diktiristek kembali digelar. Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional (HI) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya lolos dalam PKM Riset Sosial Humaniora.
Tim PKM Riset Sosial Humaniora Unair terdiri dari 5 anggota yakni Philipus Mikhael Priyo Nugroho, Jihan Amirotul Farikhah, Putri Audy Fahira, Gita Adjipersadani, dan Amouda Laula Nafila dan mendapat bimbingan dari M Muttaqien SIP MA PhD. Kelimanya mengusung proposal penelitian yang berjudul “ Bencana Iklim Domestik sebagai Hasil Proliferasi Penggunaan Rute Perdagangan Maritim Kawasan Arktik dalam Upaya Nasional Indonesia Merealisasikan SDGs Ke-13”.
“ Fokus penelitian kami adalah untuk mengerti serta meneliti ketetapan dan kebijakn Indonesia tentang Kutub Utara. Kami menyorot aspek lingkungan, perubahan iklim, serta pengaruh poliferasi-intensifikasi-penggunaan jalur perdagangan maritime di kawasan Kutub Utara. Selepas evaluasi kebijakan tersebut kami lakukan, poin-poin bermasalah hingga saran yang sanggup kami berikan akan kami himpun ke dalam suatu risalah kebijakan (policy brief),” ujar Miko, di Surabaya, Jumat(19/08/22).
Amouda Laula Nafila atau Lula salah satu anggota kelompok mengatakan, perubahan iklim dan pencairan es di kawasan Kutub Utara memiliki dampak hingga Indonesia. Pencairan es dalam jumlah yang massif mengakibatkan peningkatan air laut. Bukan hanya di sekitar episentrum pencairan, melainkan hingga negara-negara kepulauan.
“ Indonesia telah dan akan terus terdampak akibat fenomena ini. Prediksi menyebutkan, pada pertengahan abad ini seluruh es Kutub Utara akan mencair dan Indonesia tenggelam pada tahun 2100,” imbuhnya.
Putri menambahkan, penelitian yang dilakukan ini berkaitan erat dengan Sustainable Development Goals (SDG) nomor 13, yaitu Climate Action. Aspek ini menegaskan bahwa tidak akan ada pertumbuhan berkelanjutan tanpa memperhatikan kebutuhan lingkungan hidup.
“ Strategi Arktik yang berbasis tujuan ke-13, mengingat kondisi perubahan iklim Arktik, perlu dikembangkan dalam kebijakan Indonesia,” papar Putri.
Gita menjelaskan, berdasarkan kondisi geografis terdapat rute laut yang digunakan sebagai jalur perdagangan atau lahan proyek pengeboran lepas pantai. Proyek sejenis inilah yang kemudian mempercepat laju pencairan es dimana dampaknya akan dirasakan oleh negara yang jauh termasuk Indonesia.
“Indonesia seharusnya mampu mengembangkan suatu strategi yang dapat beradaptasi terhadap ancaman tersebut,” ungkap Putri.
Terakhir, Jihan yang juga menjadi bagian dari tim berharap penelitian mereka mampu meningkatkan riset soal Arktik di Indonesia yang kurang memadai. Selain itu, penelitian ini juga mampu membantu pemerintah dalam memformulasikan kebijakan terkait Arktik. Lantaran, seringkali pemerintah abai meskipun dampaknya telah nampak.
“Penelitian ini juga menjadi edukasi kepada masyarakat terkait dampak dari pencairan es di Arktik yang mengakibatkan bencana iklim domestik di Indonesia,” tandas Jihan.(iz)