HeadlineNews

Doktrin Terorisme Sudah Menyerang ke Anak-anak

Share Berita:

SURABAYA, PEWARTAPOS.COM – Pemberantasan terorisme terus digalakkan Pemerintah melalui berbagai komponen, terutama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Hal ini karena gerakan-gerakan terorisme kini tidak hanya melalui aksi konkrit berupa pengebomam atau bom bunuh diri dan lain-lain tetapi juga melalui doktrin-doktrin, bahkan kepada anak-anak sekalipun.

“Untuk itu kita terus menggalakkan dan sosialisasi penanggulangan terorisme ini, termasuk dengan media masa seperti saat ini,” tegas Kolonel Laut Setyo Pranowo dari BNPT dalam sosialisasi penanggulangan terorisme kerjasama dengan Dewan Pers yang dilakukan kepada media masa di Hotel Grand Mercure Margorejo Surabaya, Sabtu (5/11/2022).

Dalam kesempatan tersebut, BNPT menayangkan salah satu video tentang seorang anak yang diwawancarai dan dengan jelas dan tegas menjawab iming-iming kenikmatan yang didoktrinkan kepada anak tersebut.

“Ini hanya salah satu kasus saja. Dan seperti Anda lihat betapa meyakinkannya anak tersebut menjawab keinginannya dan angan-angannya. Ini doktrin yang sudah masiv,” tandas perwira asal Mojokerto itu.

Untuk itu, lanjut Kolonel Setyo yang saat ini juga menjadi salah satu petugas asesmen pengamanan alat-alat vital pelaksanaan Sidang G20 di Bali, media masa punya peran besar bagaimana ikut menganggulangi terorisme tanpa harus menghilangkan sikap kritis sebagai peran media masa. “Harus bisa memikirkan dampak dari berita soal terorisme,” tandasnya.

Sementara Plt Ketua Dewan Pers, Mohammad Agung Dharmajaya, menegaskan, kerjasama dengan BNPT nanti akan menelorkan Standard Operating Procedure (SOP) tentang pemberitaan terorisme. “Saat ini sedang kita godog dan mudah-mudahan segera kita terbitkan,” tandasnya.

Menurutnya, SOP pemberitaan terorisme tidak mengurangi fungsi control social dari media masa tetapi lebih menekankan kepada penerapan kaidah jurnalistik atau sesuai kode etik jusnalistik dan cover both side. “Dengan demikian sebelum membuat berita harus dipikirkan dampak terhadap masyarakat,” tegasnya.

Harapannya, pemberitaan yang dibuat wartawan tidak membuat atau menjerumuskan keterkaitan berita tersebut dengan indikasi keterlibatan terorisme. “Kadang berita dibuat detail bagaimana cara membuat bom. Kemudian berita soal pelaku dikaitkan dengan keluarganya, tempat tinggalnya. Padahal mungkin saja keluarganya tidak ikut dan tidak mengerti apa-apa. Ini yang perlu nanti kita rumuskan dalam SOP pemberitaan tersebut,” ujar wartawan yang cukup senior itu. (joe)   


Share Berita:
Tags
Show More

Related Articles

Back to top button
Close
Close