JOMBANG, PEWARTAPOS.COM – Sungguh bertubi-tubi tantangan yang dihadapi petani dalam berbudidaya tanaman pertanian pada lahan yang diusahakan. Mulai dari anomali cuaca, serangan OPT, dan yang terakhir semakin terbatasnya alokasi pupuk kimia bersubsidi karena keterbatasan anggaran dari pemerintah pusat.
Pemerintah hanya mampu mengalokasikan pupuk bersubsidi pada 9 komoditas meliputi padi, jagung, kedelai pada kelompok tanaman pangan, bawang merah, bawang putih dan cabai pada kelompok hortikultura sayur, kopi, kakao dan tebu rakyat pada kelompok tanaman perkebunan. Alokasi pupuk bersubsidi yang diberikan untuk petani pun kuantitasnya juga semakin berkurang.
Dalam rangka mendukung petani untuk tetap bertani dengan biaya yang hemat dan berproduksi secara optimal, Dinas Pertanian Kabupaten Jombang terus bekerja melalui berbagai program dan kegiatan yang telah dilaksanakan diantaranya mengadakan pelatihan dan pendampingan aplikasi teknologi organik yang telah terbukti mampu menekan biaya produksi tetapi tetap mempertahankan bahkan dapat meningkatkan produktifitas tanaman. Salah satunya adalah pengenalan dan pemassalan aplikasi Biosaka.
Apa itu Biosaka, bagaimana cara pembuatan dan aplikasinya serta manfaat apa yang terkandung didalamnya tentunya sudah banyak tersebar informasi di media sosial yang dapat diakses oleh siapapun. Sedikit mengulas apa dan bagaimana Biosaka berikut gambaran singkat Biosaka, diambil dari 2 suku kata yaitu Bio yang artinya Hidup dan Saka singkatan dari Selamatkan Alam Kembali Ke Alam, sehingga secara harfiah Biosaka berarti bahan aktif yang berasal dari mahluk hidup dalam hal ini tanaman guna menyelamatkan alam dengan cara kembali ke alam.
Biosaka bukanlah pupuk atau pestisida melainkan elisitor yaitu senyawa kimia yang dapat memicu respon fisiologi, morfologi pada tanaman menjadi lebih baik, memberikan sinyal positif bagi membran sel pada akar sehingga lebih aktif dan produktif. Biosaka adalah salah satu sistem teknologi terbarukan dalam perkembangan dunia pertanian organik modern yang terbentuk sebagai bioteknologi. Biosaka merupakan penemuan Muhammad Anshar dari Blitar, Jawa Timur dan temuannya ini sudah tercatat di Kemenhumkam Nomor 000399067.
Sebagai upaya untuk lebih memantapkan petani di Kabupaten Jombang dalam pembuatan dan aplikasi Biosaka, Dinas Pertanian menghadirkan secara langsung penemu Biosaka Muhammad Anshar sebagai narasumber, bertempat di BPP Jogoroto, dengan dihadiri sebanyak 80 orang peserta, Sabtu (27/05/2023).
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jombang, Bapak Ir. Much. Rony, MM. memberikan semangat kepada PPL dan petani ditengah tantangan yang semakin berat dalam usaha tani. “Hadirnya Biosaka sekaligus penemunya yang juga hadir secara langsung di Jombang ini merupakan suatu kesempatan yang luar biasa yang patut kita syukuri dan kita apresiasi, untuk itu para pesera semuanya silakan memanfaatkan momentum ini untuk menggali sedalam-dalamnya apa itu Biosaka langsung kepada narasumber,” ungkap Rony.
Sementara Muhammad Anshar memberikan penjelasan kepada peserta tentang Biosaka mulai dari bagaimana cara mencari dan memilih bahan, kemudian bagaiman proses pembuatan hingga aplikasi pada tanaman.
Dalam penjelasan yang disampaikan, beberapa manfaat dan keunggulan Biosaka antara lain :
- Bahan baku Biosaka juga tersedia setiap saat di lingkungan petani, dimana dan kapanpun
- Biaya nol rupiah/gratis petani bisa membuat sendiri.
3.Proses produksi sangat cepat karena tidak menggunakan metode fermentasi yang biasanya memakan waktu paling cepat 1 minggu. - Efektifitas kinerja yang baik. Reaksi biosaka dapat dilihat dalam waktu 24 jam setelah aplikasi.
- Dapat digunakan pada seluruh fase tanaman, mulai dari benih sampai panen.
- Cara aplikasu yang mudah dan penggunaan dosis yang sangat kecil, cukup 40 ml dicampur 15 liter air untuk satu kali penyemprotan untuk luasan 1.000 m2, atau 400 ml untuk 1 ha tanaman padi. Penyemprotan dari mulai tanam sampai panen dilakukan sekitar 7 kali aplikasi.
- Dapat aplikasikan pada semua komoditas, termasuk tanaman perkebunan.
- Dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50-90%, sehingga jauh menghemat biaya produksi.
- Meminimalisir serangan hama penyakit.
- Lahan menjadi subur
“Terlepas dari segala kelebihannya Biosaka mempunyai kekurangan yaitu tidak dapat diproduksi dengan mesin dan bahan baku yang terus berganti pada saat pembuatan. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana petani kenal, mau dan mampu membuat dan mengaplikasikan Biosaka ini,” pungkas Muhammad Anshar. (nik)