JOMBANG, PEWARTAPOS.COM – Apa Itu Kanker Serviks? Kanker serviks adalah jenis kanker yang menyasar sel-sel leher rahim. Penyebabnya bermula ketika sel-sel di leher rahim berkembang secara tidak normal.
Kondisi ini merupakan salah satu jenis kanker kedua paling banyak pada wanita di seluruh penjuru dunia khususnya di negara berkembang.
“Di Asia Tenggara terutama Indonesia, memiliki tingkat kematian tertinggi akibat kanker serviks. Setiap jam, dua wanita di Indonesia meninggal akibat penyakit ini,” tutur dr. Dian Puspita Virdayanti SpOG. M. Ked. Klin dalam dialog interaktif yang dikemas dalam acara ‘Humas RSUD Jombang Menyapa’, Selasa (23/01/2024).
Dikatakannya, bahwa Kanker serviks ini dipicu oleh infeksi virus HPV (Human Papillomavirus), jadi HPV ini ditularkan melalui hubungan seksual, ia termasuk penyakit menular seksual, jadi orang orang yang pernah berhubungan seksual beresiko terkena HPV ini.
dr. Dian Puspita Virdayanti, Sp.OG, M.Ked.Klin lebih lanjut menjelaskan faktor risiko, termasuk seringnya berganti pasangan seksual, riwayat penyakit kelamin, merokok, kurang menjaga kebersihan kewanitaan, melahirkan secara berlebihan, dan berhubungan intim pada usia dini.
“Gejalanya mungkin tidak jelas pada tahap awal, namun keputihan yang berbau dan bercampur darah, pendarahan diluar masa haid dan perdarahan setelah bersenggama dapat menjadi gejala dari kanker serviks. Untuk stadium lanjut biasanya ada nyeri di panggul kemudian penurunan berat badan dll,” ungkapnya.
Pihaknya juga menyayangkan, kesadaran skrining masih rendah di Indonesia, menyebabkan banyak kasus terdeteksi pada stadium lanjut. Kanker serviks dibagi menjadi stadium dini (I – IIA) dan lanjut (IIB- IV). Ia menyoroti pentingnya pap smear sebagai pemeriksaan awal.
“Pencegahan kanker serviks dibagi menjadi 2 yaitu primer dan sekunder. Pencegahan primer yang paling utama yaitu dengan mengetahui faktor-faktor resiko terjadinya kanker serviks. Kemudian yang kedua dengan vaksin.
Kementrian Kesehatan di Indonesia telah menjalankan program pemberian vaksin HPV untuk anak Sekolah Dasar kelas 5 dan 6 sejak tahun 2023. Untuk usia dibawah 15 tahun itu diberikan vaksin 2 dosis sedangkan untuk usia di atas 15 tahun diberikan 3 dosis. Untuk pencegahan sekunder dilakukan dengan skrining dengan Inspeksi Visual dengan Asam asetat (IVA) dan Pap Smear.
Pemeriksaan IVA bisa di lakukan di Puskesmas dengan cara mengoleskan larutan asam asetat konsentrasi 3-5% pada permukaan serviks. Apabaila didapatkan hasil abnormal maka akan dilakukan tindak lanjut di Rumah Sakit. Untuk pemeriksaan Pap Smear, akan dilihat bentuk sel sel dari epitel serviks apakah normal atau tidak. Dr. Dian juga menekankan pentingnya memahami jenis HPV yang terdeteksi dengan menggunakan tes HPV DNA,” tukas dr Dian.
HPV DNA untuk mengetahui jenis HPV mana yang sudah terkena ke kita, karena tidak semua HPV itu memberikan dampak ke kanker serviks. HPV terbagi menjadi tipe low risk (6,11) dan high risk (16,18). HPV tipe low risk dapat menjadi penyebab kutil kelamin, sedangkan HPV tipe high risk 70% ditemukan pada pasien kanker serviks stadium lanjut.
“Kesembuhan kanker serviks tergantung pada stadium penyakit. Untuk stadium dini (IA) persentase kemungkinan hidup sampai lima tahun sebesar 80%. Stadium IIa kurang lebih 70% sedangkan untuk stadium IIB keatas sekitar 45%, dan stadium akhir (IV) hanya 10%. Mirisnya kebanyakan pasien datang dalam kondisi sudah stadium lanjut (diatas IIB),” terang dr Dian.
Ia juga berpesan kepada wanita, khususnya warga Jombang, untuk menjalani gaya hidup sehat, menghindari hubungan seksual yang tidak aman, mendapatkan vaksin HPV, dan tidak ragu untuk menjalani skrining dengan IVA atau Pap Smear tiap tahun. Pencegahan dan deteksi dini adalah kunci untuk melawan kanker serviks.
“Jika mengalami gejala-gejala tersebut, kami himbau masyarakat untuk periksa ke Poli Kandungan RSUD Jombang, tidak usah malu atau takut. Untuk diketahui RSUD Jombang saat ini ada 4 dokter di Poli Kandungan,” pungkasnya. (nik)