BLITAR, PEWARTAPOS.COM- UPT Taman Budaya Jatim bersama DPRD Provinsi Jatim menggelar Jaranan group jaranan WAB (Wonge Aryo Budoyo)di Desa Olak Alen Kecamatan Selorejo Kabupaten Blitar, Sabtu malam (20/7/2024).
Seni tradisi Jaranan menjadi kebanggaan Masyarakat di Blitar. Begitu merakyatnya seni jaranan, sampai Kemendikbud dan Ristekdikti RI menetapkan Jaranan Tril di Blitar sebagai warisan budaya tak benda (WBTB).
Dengan penetapan WBTB Indonesia dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, maka Jaranan Tril telah diakui sebagai jaranan khas dan milik dari Kabupaten Blitar.
Pemprov Jatim dan DPRD Jatim pun turut berupaya melestarikan kesenian tersebut. “Pergelaran kesenian jaranan yang menampilkan group kesenian jaranan WAB (Wonge Aryo Budoyo), dalam rangka program sinergitas penguatan dan pelestarian seni budaya,” kata Ka UPT Taman Budaya Jatim Ali Ma’rup S.Sos., MM menyampaikan pesan Kadisbudpar Jatim Evy Afianasari ST, MMA.
Begitu juga DPRD Provinsi Jatim, anggotanya yang terpilih pada Pemilu 2024 turut nguri-nguri tradisi Masyarakat yang sudah berlangsung baik.
“Ini sebagai wujud rasa syukur atas terpilihnya kembali saya sebagai wakil rakyat di DPRD Provinsi Jatim periode 2024-2029,” ungkap anggota Komisi D DPRD Provinsi Jawa Timur dari Fraksi PAN, Ir. H. M. Heri Romadhon, MM.
Ditambahkan, kegiatan ini sinergi antara DPRD Provinsi Jatim dengan UPT Taman Budaya Jatim, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) dalam rangka uri-uri budaya berupa jaranan.
Desa Olak Alen ini terletak ditengah-tengah Kecamatan Selorejo yang juga merupakan kecamatan paling timur di Kabupaten Blitar dan berbatasan langsung dengan Desa Karangkates di Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang.
Desa ini juga dilewati oleh Jalan Raya Kembar yang semakin menambah kestrategisan letak daripada desa ini. Seni budaya jaranan menjadi salahsatu kebanggaan warga desa ini dan bahkan Kecamatan dan Kabupaten Blitar. Tak ayal pergelaran malam itu dipadati pengunjung.
Kesenian jaranan sering diidentikkan dengan cerita tentang seorang prajurit yang gagah berani menunggang kuda. Namun, penari jaranan tidak lagi hanya menggambarkan prajurit menunggang kuda. Sebaliknya, mereka menjadi representasi kuda itu sendiri.
Kesenian Jaranan mengandung nilai-nilai moral dan identitas budaya. Representasi kuda dalam pertunjukan ini mengajarkan pentingnya menjaga sumber air bagi penduduk setempat.
Selain itu, kesenian ini juga memperkuat kerukunan dalam masyarakat. Dengan demikian, Jaranan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya dan warisan tak benda masyarakat.
Selain mengandung unsur-unsur mistisisme dan spiritualitas, kesenian ini juga mengajarkan tentang kearifan lokal serta keseimbangan antara manusia, alam, dan roh.
Inti dari pakem kesenian Jaranan adalah visualisasi latihan berperang prajurit Mataram. Namun, seiring waktu, konsep kesenian ini mengalami perubahan.
Jaranan tidak lagi hanya tentang latihan perang, melainkan juga tentang seni tari. Meskipun tidak memuat cerita panji seperti jaranan pada umumnya, kesenian ini tetap mempertahankan pakem Mataraman.
Keunikan Jaranan menjadikannya layak diresmikan sebagai warisan budaya tak benda. Ia menggabungkan unsur sakral dan hiburan, menciptakan pengalaman yang berbeda dari kesenian jaranan lainnya.
Dengan ikatan sejarah dan kultural yang kuat, Jaranan mengajarkan kita tentang keberagaman dan kekayaan budaya yang harus kita lestarikan. Oleh karena itu, mari kita jaga dan hargai Kesenian Jaranan sebagai bagian dari warisan kita yang tak ternilai. (dik)