Kaitanus Abi : Butuh Kesabaran Satukan Budaya Timor
KEFAMENANU, PEWARTAPOS.COM- Kaitanus Abi, Ketua Forum Sejarah Dan Budaya Timor mengemukakan, butuh kesabaran untuk mendata dan menyatukan semua suku di Timor mulai dari Kupang hingga Lospalos.
“Kami akan berupaya untuk membesarkan forum ini dengan beberapa strategi,” ujarnya, di Kefamenanu Sabtu (29/6/2024).
Kaitanus Abi, seorang aktifis juga tokoh adat asal Napan, Kabupaten Timor Tengah Utara dikukuhkan oleh sejumlah kepala suku asal Amarasi, TTS, Malaka, Belu, TTU dan Ambenu sebagai Ketua Forum Sejarah Dan Budaya Timor pada Sabtu (27/04/24) di Kefamenanu.
“Pengukuhan diri saya sebagai ketua hari ini adalah merupakan tanggung jawab yang besar dimana saya bersama semua pengurus harus bekerja keras untuk mendata semua suku di Timor mulai dari Kupang hingga Lospalos. Bicara adat itu tidak kenal ruang dan waktu. Misi utama kita adalah semua suku disatukan dulu dan ini butuh kesabaran dan anggaran yang lumayan”, ujar Abi.
Abi dikukuhkan bersama sejumlah badan pengurus lainnya yang berada dalam struktur.
Seperti yang disaksikan media ini, sejak Sabtu pagi para kepala suku mulai berdatangan dari gunung Mutis hingga gunung Laka’an dan dari Ambenu hingga Amarasi. Semua tokoh ini mengenakan pakaian kebesaran adat masing-masing.
Kepala Badan Kesbangpol TTU, Telemitro Kapitan yang mewakili Pemda setempat, dalam sambutannya mengatakan sangat berterima kasih atas terbentuknya forum adat ini.
“Timor memiliki suku yang banyak namun selama ini masing-masing suku bergerak sendiri. Dari sisi Pemerintah kita terkadang kesulitan untuk mendata ormas kultur yang ada. Hari ini saya ada dihadapan para Ama Na’i, Usif dan Feotnai untuk mengukuhkan badan pengurus forum adat ini. Dari Pemerintah kami sudah dibantu dan untuk itulah pada tempat ini saya ucapkan terimakasih banyak”, kata Kapitan.
Usai pengukuhan para tokoh adat sempat terlibat dialog bersama yang intinya untuk membesarkan ormas budaya ini. Mereka pun sempat tebe-tebe bersama sebelum berpamit dengan kata akhir, Tabe, Nekseonbanit dan salam rohaya. (frederikus seran bria)