JAKARTA, PEWARTAPOS.COM – Sesuai dengan cita-cita untuk menjadikan batik sebagai pakaian nasional yang bisa digunakan untuk aktivitas sehari-hari, produsen batik Dama Kara menghadirkan koleksi batik yang versatile alias serbaguna. Beberapa di antaranya, seperti Suar Kebaya Encim Sleeveless, Suar Kebaya Encim Shorsleeve, sampai Natha Outer yang nyaman dan modis. Menariknya, mayoritas produk Dama Kara diproses dan diproduksi secara tradisional.
“Komitmen utama kami untuk mengangkat kain yang diproses secara tradisional melalui proses batik, ikat, jumput, bordir dan jahit jelujur dengan merangkul penjahit rumahan, dengan support alat, permodalan, hingga pembinaan, dan kini terus berkembang menjadi tiga sub-produksi dengan 20 penjahit. Setiap koleksi Dama Kara dibuat sepenuh hati dengan pemilihan kain yang nyaman untuk keseharian, model yang timeless hingga mengembangkan motif yang sarat makna,” ucap Nurdini Prihastiti, Founder & Owner Dama Kara, melalui rilis kepada Pewartapos.com, Senin (4/11/2024).
Nurdini menjelaskan, jumlah karyawan Dama Kara saat ini mencapai sekitar 60 orang, mulai dari proses produksi sampai distribusi, mayoritas karyawan pun disebutnya merupakan masyarakat lokal yang terletak di sekitar tempat produksi dan gudang Dama Kara. Selain itu, sebagai wujud komitmen untuk menebar kebermanfaatan, Nurdini menegaskan, pihaknya juga memberi ruang bagi para penyandang disabilitas.
Dama Kara mendukung kelas menggambar untuk para difabel bersama sejumlah yayasan di Bandung, hasil gambar dari kelas tersebut digunakan sebagai desain untuk produk non-batik Dama Kara seperti jaket. Motif yang dibuat untuk para ‘teman istimewa’ tersebut digambar di atas media air menggunakan teknik bernama suminagashi atau paper marbling.
“Berangkat dari keyakinan bahwa berkarya tak mengenal keterbatasan, Dama Kara terus berkolaborasi dengan disabilitas yang kami namakan ‘teman istimewa’, karena kami percaya setiap insan diciptakan dengan keistimewaan. Kebetulan, artikel jaket yang diproduksi itu menjadi salah satu best seller items Dama Kara di Shopee.
“Dama Kara selalu menceritakan tentang semangat positif untuk terus mencintai diri dan berkarya dan terus berkolaborasi dengan teman istimewa dengan mengeksplorasi berbagai teknik baru karena berkarya tak mengenal keterbatasan,” jelas Nurdini.
Seperti diketahui, industri batik memiliki peran signifikan dalam perekonomian Indonesia. Menurut catatan Kementerian Perindustrian, nilai ekspor industri batik mencapai USD 17,5 juta sepanjang 2023, sementara pada Semester I -2024 nilai ekspor batik sudah mencapai USD 9,45 juta.
Berkembang pesatnya industri tersebut tidak terlepas dari antusiasme masyarakat yang makin mencintai batik lokal hingga kemunculan berbagai brand lokal yang menghadirkan produk-produk inovatif dan berkualitas. Salah satu merek yang kini berhasil menarik perhatian publik dan juga sudah berhasil melakukan ekspor adalah Dama Kara.
Nurdini mendirikan Dama Kara berdiri karena ingin mengubah persepsi bahwa pakaian batik hanya dikenakan sebagai pakaian formal di momen-momen tertentu saja. “Dari fenomena tersebut, Dama Kara menciptakan karya sandang batik dengan model yang timeless dan motif yang simpel namun sarat makna agar pakaian batik bisa digunakan di momen apapun. Setelah beberapa bulan berjalan dan trend berbelanja online semakin meningkat, Dama Kara akhirnya mulai berjualan di marketplace yaitu Shopee. Produk-produk yang Dama Kara hadirkan pada saat itu yaitu pakaian ready to wear seperti one-set batik, outer batik, dan lain-lain,” katanya. (joe)