Ekonomi

Festival Kopi dan Coklat Banyuwangi, Bupati Ipuk Kenalkan Wine Robusta Coffee

Share Berita:

BANYUWANGI,SKO.COM – Dikenal sebagai salah satu daerah penghasil, potensi kopi di Banyuwangi terus tumbuh. Kini, bahkan telah muncul sekelompok anak muda yang mengenalkan kopi varian baru, wine robusta coffee.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengenalkan kopi tersebut saat membuka acara festival kopi dan coklat, Senin (22/3/2021) yang digelar di Margo Utomo Resort, Kecamatan Kalibaru.

“Rasanya enak, seger. Dan menariknya, bisa dicampur dengan sirup-sirup buah. Jadi rasanya lebih berwarna. Saya cocok dengan rasanya ini,” kata Ipuk.

Wine Robusta dikenalkan oleh 42 anak muda yang tertarik mengembangkan kopi robusta Kalibaru. Kecamatan Kalibaru sendiri dikenal sebagai penghasil kopi Robusta. Bahkan, di tengah pandemi tahun 2020 lalu, permintaan ekspor kopi Robusta Kalibaru mencapai 600 ton. Kopi Kalibaru sangat diminati pasar Italia.

Festival Kopi dan Coklat itu sendiri digelar selama tiga hari, Sabtu-Senin (20-22 Maret 2021). Festival ini diikuti 85 anak muda yang memiliki ketertarikan membuka usaha, maupun yang memang telah memiliki usaha di bidang kopi dan coklat.

Selama tiga hari, mereka mendapatkan berbagai pelatihan tentang pengolahan kopi, mulai dari teknik roasting kopi, tata cara pembuatan hingga penyajiannya yang tepat.

“Sebagai rangkaian program pemulihan ekonomi di masa pandemi, festival yang dilengkapi dengan pelatihan ini kami harapkan mampu mencetak wirausahawan baru di Banyuwangi. Pelatihan yang didapat dari sini, semoga dapat dimanfaatkan oleh para peserta untuk memulai usahanya,” tutur Ipuk.

Sementara itu, Hasan Abdillah salah satu inisiator wine robusta kalibaru community menjelaskan wine robusta coffee adalah produk kopi robusta yang diolah dengan teknik fermentasi sehingga memilki rasa yang kuat seperti anggur (wine).

“Ini murni produk kopi tanpa campuran apa-apa. Kalaupun ada rasa kuat seperti minum wine, itu karena proses pengolahan yang berbeda. Salah satunya dari proses fermentasi,” kata Hasan.

Selain itu, kekhasan cita rasa wine robusta juga dipengaruhi oleh cara memanen buah kopi yang berbeda. Untuk menghasilkan wine robusta yang nikmat, Hasan memilih buah kopi yang benar-benar matang dari pohon (red cherry) dan masih segar. “Termasuk dalam sortasi buahnya,” ujarnya.

buah terpilih disimpan dalam kantong kedap angin dengan waktu yang bervariasi, mulai 45-75 hari. Baru kemudian dilakukan proses pengeringan dalam kondisi glondongan, bukan pecah kulit. Terakhir akan diistirahatkan minimal satu bulan sebelum dipasarkan atau layak konsumsi.

“Rangkaian proses inilah yang membuat wine robusta memiliki rasa mirip anggur. Karena rasa manis dari red cherry (biji kopi matang) itu kita paksa masuk dalam bean saat proses tersebut,” pungkasnya.

Banyuwangi sendiri merupakan daerah eksportir kopi. Kopi robusta dari perkebunan Banyuwangi telah dikirim ke berbagai negara. Seperti pada tahun 2020 lalu, di tengah pandemi Banyuwangi mampu mengekspor sebanyak 600 ton kopi robusta ke Swiss dan Italia.

Pemkab juga terus mendorong pengembangan usaha kopi di Banyuwangi. Telah dibuka Klinik Pusoko Wangi (Pusat Kopi Kakao Banyuwangi) sebagai pusat edukasi kopi dan kakao di Banyuwangi.

Klinik ini disediakan bagi masyarakat yang ingin belajar tentang pengolahan kopi dan kakao dari hulu hingga hilir. Kokawangi akan menjadi tutor bagi masyarakat yang ingin mengembangkan usaha kopi dan kakao. Komunitas Kokawangi sendiri terdiri dari petani kopi, pemilik kedai kopi, sampai pecinta kopi. (*)


Share Berita:
Tags
Show More

Related Articles

Back to top button
Close
Close