HeadlinePeristiwa

Tiba di Jember, PMI Hanifah Ungkap Kondisi Memprihatinkan di Penampungan Arab Saudi

Share Berita:

JEMBER, PEWARTAPOS.COM – Hanifah, Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Dusun Sumbersari, Desa Kemuningsari Lor, Kecamatan Panti, akhirnya tiba di Jember pada Selasa (7/1/2025) malam sekitar pukul 21.30 WIB. Kepulangannya disambut haru oleh keluarga serta relawan yang telah berjuang memulangkan dirinya dari Arab Saudi.

Hanifah sebelumnya menjadi sorotan publik setelah videonya bersama Siti Khoiriyah, PMI asal Kecamatan Mayang, viral di TikTok. Dalam video berdurasi dua menit, keduanya memohon bantuan kepada Bupati Jember terpilih, Gus Fawait, untuk memulangkan mereka ke Indonesia setelah menghadapi situasi yang tidak manusiawi di penampungan.

Setibanya di Jember, Hanifah disambut oleh tim Gus Fawait dan sejumlah relawan di Kecamatan Rambipuji. Turut hadir Kepala Desa Sidomulyo Kamiludin, perwakilan Disnaker Jember, serta komunitas relawan seperti IWJ dan Baret Rescue.

“Alhamdulillah, akhirnya saya bisa pulang ke Indonesia dan berkumpul dengan keluarga. Saya sangat berterima kasih kepada Presiden Prabowo, Bapak Sufmi Dasco, Gus Fawait, Pak Bambang Hariyadi, Mas Kawendra, dan teman-teman relawan yang telah membantu kepulangan saya,” ungkap Hanifah dengan penuh rasa syukur.

Hanifah mengisahkan pengalamannya selama empat bulan berada di Arab Saudi. Ia mengaku sempat bekerja selama sebulan, namun karena situasi di penampungan yang tidak manusiawi, ia memilih meminta bantuan kepada Gus Fawait agar dipulangkan.

“Saya berangkat melalui penyalur PMI di Lumajang. Awalnya, pihak penyalur menjanjikan saya akan langsung bekerja setiba di negara tujuan. Namun, kenyataannya berbeda. Saya justru ditempatkan di penampungan bersama ratusan PMI lainnya. Kondisinya sangat memprihatinkan, seperti hidup di neraka,” cerita Hanifah.

Di penampungan tersebut, PMI diperlakukan dengan tidak manusiawi. “Kami tidur berjejalan dalam satu ruangan, bahkan ada yang tidur di tangga atau emperan karena tempatnya sangat sempit. Kami juga tidak diperbolehkan keluar. Kalau ada yang sakit, pihak penyalur tidak peduli, sehingga kami saling merawat satu sama lain,” tambahnya.

Hanifah sendiri pernah merawat seorang teman PMI yang sakit selama dua bulan. “Saya memandikan, membersihkan kotorannya saat buang air besar, dan merawatnya. Penyalur sama sekali tidak mau tahu,” kenangnya.

Perempuan berusia 35 tahun ini juga mengaku sempat mendapatkan majikan dan bekerja selama sebulan. Namun, kontraknya tidak diperpanjang karena pihak penyalur menaikkan biaya kontrak. “Saya merasa seperti diperdagangkan. Akhirnya, saya dikembalikan ke penampungan,” katanya.

Keputusasaan membuat Hanifah dan Siti Khoiriyah membuat video permohonan bantuan yang ditujukan kepada Gus Fawait. Berkat video tersebut viral, Gus Fawait bergerak cepat dengan berkoordinasi dengan pemerintah pusat melalui anggota DPR RI seperti Bambang Hariyadi dan Kawendra Lukistian.

H. Kamiludin, yang mewakili Gus Fawait, menyampaikan pesan penting kepada masyarakat Jember agar tidak menempuh jalur ilegal untuk bekerja di luar negeri. “Apa yang dialami Hanifah harus menjadi pelajaran. Jalur ilegal sangat berisiko. Ada yang pulang dalam keadaan sakit, bahkan ada yang meninggal dunia,” tegasnya.

Ia juga menjelaskan bahwa ke depan, Pemkab Jember akan memberikan pelatihan keterampilan kepada calon PMI agar lebih siap bekerja di luar negeri. “Selain itu, pemerintah akan memberikan beasiswa kepada anak-anak PMI yang masih bersekolah,” pungkas Kamil.(nul)


Share Berita:
Tags
Show More

Related Articles

Back to top button
Close
Close