Uncategorized

Disbudpar Jatim Ajak Napak Tilas Perjalanan Hayam Wuruk

Share Berita:

BLITAR, SKO.COM – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur menggelar Festival Napak Tilas Perjalanan Hayam Wuruk di Kota Blitar, Rabu (23/06/21) hingga Kamis (24/06/21). Acara berlangsung di Puri Perdana Hotel dan kemudian dilanjutkan dengan kunjungan Napak tilas ke Candi Penataran dan Candi Simping.

Kegiatan itu diikuti komunitas pecinta cagar budaya yang berasal dari Kota dan Kabupaten Blitar, Kota dan Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Trenggalek. Menurut Dwi Supratno, selaku Ketua Panitia Napak Tilas Perjalanan Hayam Wuruk, kegiatan ini dihadiri oleh 90 peserta yang semuanya telah melalui Swab Antigen sebagai upaya pencegahan Covid-19 dan dinyatakan sehat.

” Festival Napak Tilas Hayam Wuruk atau festival Desawarnana ini bermaksud untuk memberikan pembelajaran kepada masyarakat terhadap nilai-nilai penting yang telah diwariskan oleh kerajaan Majapahit kepada kita, serta memberikan pembelajaran dari makna simbolik perjalanan Hayam Wuruk dengan mengunjungi beberapa lokasi Napak tilas,” ujar Dwi.

Festival Desawarnana ini dibuka secara langsung oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Bapak Sinarto, S.Kar, MM.

Dalam sambutannya, Sinarto menyampaikan bahwa Ibu Khofifah menitipkan pesan untuk mendukung sepenuhnya upaya optimal dan maksimal protokol kesehatan dapat dijalankan oleh semua masyarakat kita sehingga pemulihan semua sektor menjadi lebih cepat .

“Ibu Khofifah sebenarnya berencana tahun 2021 ini ingin memaksimalkan kegiatan kebudayaan dan pariwisata, itu sudah tercantum di visi misi beliau dan itu sangat di dukung oleh  seluruh kepala daerah yang lama maupun yang baru. Karna selama pandemi ini berlangsung tampaknya yang paling parah terkena dampak ya sektor kebudayaan dan pariwisata ini,” papar Sinarto.

Dari 9 kerajaan besar mulai dari kerajaan Kanjuruhan hingga Blambangan tidak semua nya meninggal artefak yang dapat dilihat saat ini.  Namun meninggalkan tata nilai yang diwariskan kepada kita semua.

” Sejauh mana upaya kita untuk memahami peninggalan nilai- nilai itu,  disitu ada keluhuran dan kehebatan yang sebetulnya telah diberikan kepada bangsa kita ini. Namun kebanyakan dari kita tidak tau  yang berjalan dan yang berlalu itu  asalnya dari mana. Sehingga kita sulit mencari cara untuk melakukan pelestarian,” imbuh Sinarto.

Sinarto berharap dengan adanya acara ini, paling tidak ada kepahaman secara fisik bahwa di tempat ini pernah terjadi kehidupan dimasa lalu yang mengajarkan kepemimpinan dan keluhuran. Sinarto juga berharap bahwa aktivitas tradisi dan kebudayaan jangan selalu didekatkan dengan persoalan agama.

“Artefak dipandang dari sisi agama yang punya keterbatasan. Sebagai akibatnya, maka  munculah nilai nilai yang menjauhkan pada nilai kebudayaan. Padahal nenek moyang dulu ikhlas melakukan untuk mengekspresikan nilai peradaban. Lalu muncul nilaii sensitif yang membatasi tingkat apresiasi kita,” kata Sinarto.


Share Berita:
Tags
Show More

Related Articles

Back to top button
Close
Close