Mensos Himbau Masyarakat Siaga Hadapi Potensi Tsunami di Pacitan
JAKARTA, SKO.COM – Gempa bumi tekntonik yang berkekuatan 5,2 M telah mengguncang wilayah Jawa Timur bagian Selatan, Selasa (27/07/21) pukul 23.11 Wib. Menteri Sosial Tri Rismaharini mengingatkan, prediksi bencana yang disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) agar diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Termasuk prediksi adanya ancaman tsunami di pantai Selatan Jawa.
Dalam Rapat Koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Pacitan, Tri Rismaharini mengungkapkan tiga pesan untuk siaga menghadapi potensi tsunami.
“Saya ingin menyampaikan evaluasi dari Kepala BMKG terhadap kondisi Kabupaten Pacitan yang berpotensi terjadi bencana tsunami,” kata Mensos Risma saat Rapat Koordinasi Peningkatan Kesiapsiagaan Mengantisipasi Potensi Bencana di Kabupaten Pacitan, secara virtual dari Jakarta, Selasa (27/07/21).
Pesan pertama yang disampaikan Risma yakni early warning system atau sistem peringatan dini Dengan menggunakan pengawasan pantai melalui alarm yang akan mengingatkan warga di pantai apabila ada indikasi akan terjadi bahaya gempa dan tsunami.
Pesan Kedua, menyiapkan upaya penyelamatan diri. Hal ini terkait sarana prasarana dan aksesibilitas bagi masyarakat untuk menyelamatkan diri secepatnya ketika terjadi bencana.
Rambu-rambu petunjuk evakuasi, lanjutnya, masih kurang. Perlu diperbanyak dan disediakan di tempat-tempat yang memang biasa dikunjungi orang. Lalu jalur evakuasi juga harus diperbanyak serta jembatan menuju Tempat Evakuasi Sementara (TES) yang terputus harus diperbaiki.
“Untuk teman-teman Tagana (Taruna Siaga Bencana), saya minta untuk bantu pemetaan evakuasi, hambatannya apa, serta aksesnya seperti apa,” ungkap Mensos.
Pesan Ketiga, menggunakan kearifan lokal. Menurut Mensos, kearifan lokal yang sudah ada dapat digunakan karena telah teruji sejak lama. Mensos mencontohkan tsunami di Aceh yang salah satu dampaknya dirasakan di Kabupaten Sumeulue.
“Di sana waktu saya lihat korban yang jatuh tidak banyak. Ternyata ada kearifan lokal seperti bangunan-bangunan rumah yang berupa kayu gitu semacam tahan gempa. Masyarakat (secara turun temurun) juga bisa membedakan gempa yang berpotensi tsunami dan mereka segera lari ke atas bukit. Hal-hal seperti itu yang bisa kita gali,” katanya.
Terkait pembangunan shelter atau tempat pengungsian sementara akan didiskusikan dengan pihak terkait seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
“Berkali-kali Kepala BMKG menyampaikan, ramalan ini bukan sekedar ramalan, tapi itu hasil analisa dan penelitian dari para ahli tentang kebencanaan. Karena itu alangkah bijaksana kita bisa mengantisipasi agar tidak terjadi korban yang lebih banyak. Sosialisasi pun harus terus menerus dilakukan,” papar Risma tegas.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, mengatakan menurut hasil penelitian, Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kawasan di garis pantai selatan pulau Jawa yang berpotensi terjadi gempa tsunami.
“Diperkirakan potensi tsunami dapat terjadi dengan ketinggian gelombang hingga 18 meter dengan waktu tiba sekitar 26 menit setelah terjadi gempa bum. Masyarakat diharapkan waspada selalui,” pungkas Rahmad.