Menteri Perindustrian Optimis Pertumbuhan Industri Tembus 5,5 Persen Pada 2022
JAKARTA, SKO.COM – Menteri Perindustrian Republik Indonesia Agus Gumiwang Kartasasmita optimistis pertumbuhan industri pada tahun 2022 mendatang mampu mencapai 5,5 persen apabila tidak kembali terjadi gelombang besar kasus Covid-19 di tanah air. Guna mendukung optimalisasi sector industry tersebut, berbagai program dan kebijakan strategis yang mendukung laju kinerja sektor industri terus digulirkan guna menciptakan iklim usaha yang kondusif.
“Untuk tahun ini target pertumbuhan industri sebesar 4,5 sampai 5 persen, sedangkan tahun depan 5 sampai 5,5 persen,” ujar Menperin di Jakarta, Kamis (07/10/21).
Pada triwulan II tahun 2021 ini, sektor industri manufaktur berhasil mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,91 persen, meskipun di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19.
“Tentunya kita berharap laporan triwulan III Tahun 2021 yang akan dirilis awal bulan Oktober 2021 ini akan terus menumbuhkan optimisme bagi kita untuk menjalankan pembangunan di sektor industri manufaktur,” terangnya.
Menperin menegaskan, pihaknya akan terus fokus menjalankan program dan kebijakan unggulan yang dapat menopang performa pertumbuhan sektor industri. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pelaksanaan program substitusi impor 35 persen pada tahun 2022. Upaya strategis ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk impor sekaligus mendorong penguatan struktur industri manufaktur di dalam negeri.
“Strategi ini ditempuh guna merangsang pertumbuhan investasi di sektor industri substitusi impor dan peningkatan utilitas industri domestik,” imbuh Menperin.
Berdasarkan road map Making Indonesia 4.0, awalnya terdapat lima sektor yang menjadi prioritas pengembangan dalam kesiapan memasuki era industri 4.0. Namun, di tengah pandemi Covid-19, Kemenperin menambahkan dua sektor lagi untuk menopang perekonomian nasional.
“Ketujuh sektor potensial itu adalah industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik, kimia, alat kesehatan, serta farmasi. Target yang ditetapkan itu masih realistis untuk diwujudkan,” sebutnya.
Aspirasi besarnya, dari kinerja tujuh sektor tersebut, Indonesia bisa menjadi bagian dari 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030.
Menperin menambahkan, capaian substitusi impor hingga saat ini pada sejumlah direktorat yang membawahi sektor-sektor prioritas tersebut masih berada pada jalur yang benar untuk mencapai target.
Agus mengemukakan, kontribusi sektor industri pengolahan nonmigas terhadap PDB nasional pada triwulan II tahun 2021 sebesar 17,34%. Adapun lima kontributor terbesar sektor industri terhadap PDB nasional adalah industri makanan dan minuman, industri kimia, farmasi dan obat, industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik, industri alat angkut, serta industri tekstil dan pakaian jadi.
Sementara itu, data Bank Dunia menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2020 saat pandemi Covid-19 menjangkit di seluruh negara dunia, Indonesia masih mampu mempertahankan status sebagai negara industri atau manufactured based dengan kontribusi sektor (migas dan nonmigas) terhadap PDB nasional melampaui 18%.
“Berbagai langkah dilakukan Kemenperin untuk meningkatkan nilai tambah di sektor industri, antara lain adalah mendorong hilirisasi, substitusi impor, dan mendorong industri dalam negeri sebagai bagian rantai pasok global,” ungkap Agus.
Hasilnya tercermin dari data nilai tambah manufaktur (Manufacturing Value Added/MVA) Indonesia yang mencapai USD281 miliar atau tertinggi dibanding negara-negara ASEAN lainnya.