Khofifah Ingin Kawasan Mangrove Jadi Referensi Destinasi Edu Wisata
BANYUWANGI,SKO.COM – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa kembali melakukan gerakan restorasi kawasan mangrove yang bertajuk ‘Nandur Mangrove ’. Kali ini, Khofifah bersama Wakil Gubernur Emil Elestianto Dardak, serta bupati/walikota se-Jatim melakukan penanaman mangrove di Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Teluk Pangpang, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jum’at (29/10).
Sebelumnya, Khofifah juga telah melakukan aksi serupa di Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik. Khofifah berharap, massifnya restorasi mangrove yang dilakukan Pemprov Jatim bisa menahan laju perubahan iklim yang semakin nyata. Menurut Khofifah, gerakan Ini juga dilakukan sebagai bentuk kontribusi Jawa Timur terhadap target Indonesia yang berupaya menurunkan emisi 0.834 hingga 1.081 giga ton.
Dalam acara tersebut, sedikitnya 293.280 batang bibit mangrove jenis Rhizophora mucronata, Ceriops tagal, Bruguiera gymnorrizha, dan Sonneratia alba secara bertahap ditanam di lahan seluas 101 hektar area di Kecamatan Muncar, Tegaldlimo, dan Pesanggrahan Kabupaten Banyuwangi.
Sebagai informasi, Kawasan Mangrove Teluk Pangpang Kabupaten Banyuwangi ditunjuk sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) karena bernilai penting untuk perlindungan ekologi serta memberikan manfaat jasa lingkungan bagi kesejahteran masyarakat. Penunjukan tersebut berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor: 188/338/KPTS/013/2020 tentang Kawasan Ekosistem Esensial Teluk Pangpang Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur. Di dalamnya terdapat keanekaragaman hayati 12 jenis pohon mangrove, 43 Jenis burung dan 18 jenis Bivalvia yang mana sebagian burung-burung tersebut merupakan burung migran.
“Penanaman mangrove ini sebagai bagian dari upaya mitigasi perubahan iklim yang sedang terjadi di dunia. Perubahan iklim bukan fenomena lokal, melainkan global sehingga butuh partisipasi seluruh warga dunia untuk menahan lajunya. Dan, Jawa Timur sudah memulainya dan akan konsisten melakukannya,” ujarnya.
“Alhamdulillah kali ini bersama bupati/walikota se-Jatim nandur bareng mangrove ini. Mangrove selain sebagai kawasan ekologi yang berfungsi melindungi habitat dan ekosistem di kawasan ekonomi esensial juga sebagai sabuk hijau pelindung kawasan pesisir,” tambah dia.
Menurut Khofifah, keberadaan kawasan mangrove tidak hanya bermanfaat untuk menahan laju perubahan iklim, abrasi wilayah pesisir, dan rob maupun gelombang tsunami. Lebih dari itu, kawasan mangrove juga bisa dijadikan destinasi wisata alam dan wisata edukasi bagi masyarakat dan anak-anak. Hal tersebut tentunya dapat memberi dampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar kawasan mangrove.
“Tinggal nanti ditata dan dikelola lebih baik lagi, selanjutnya dipasarkan melalui berbagai kanal digital. InsyaAllah, jika bagus, instagramable Insya Allah akan banyak yang datang berkunjung,” imbuhnya.
Terkait target restorasi mangrove di Jawa Timur, Khofifah mengatakan saat ini Pemprov Jatim tengah menunggu peta dari Kementerian Pertanian. Namun demikian, Pemprov Jatim telah mendahului proses penanaman mangrove dengan melibatkan sangat banyak stakeholder, relawan, dan pemerintah maupun forkopimda kabupaten/kota.
“Kemarin kita turun di Ujung Pangkah Gresik, hari ini di Muncar. Insyaallah awal November besok kita akan turun nandur mangrove di Probolinggo dan Bangkalan sambil menunggu pemetaan daerah-daerah strategis lain yang bisa kita tumbuhkembangkan bagaimana restorasi mangrove bisa berseiring dengan upaya untuk membangun ekosistem di pantai dan laut. Tentu diharapkan akan berseiring dengan upaya mitigasi terhadap global warming,” tambah Khofifah.
Lebih lanjut disampaikan Mantan Mensos RI itu, kegiatan restorasi kawasan mangrove itu juga merupakan implementasi program mangrove biru Kalimireng dalam rangka penguatan zona konservasi, edukasi, dan rekreasi, sebagai upaya percepatan Sustainable Development Goals (SDGs) Desa.
“Saya berharap gerakan Nandur Mangrove ini bisa menjadi sebuah gerakan bersama. Apalagi mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Secara ekologis kawasan mangrove menjadi tempat mencari makan, tempat memijah, dan tempat berkembang biak berbagai jenis ikan, kepiting, udang, kerang dan biota laut lainnya, dan tempat bersarang berbagai jenis satwa liar terutama burung dan reptil,” imbuhnya.
“Sumber daya alam dari hutan mangrove seperti Ikan, udang laut dan kepiting bakau berkontribusi besar untuk kesejahteraan masyarakat nelayan di pesisir. Karenanya, gerakan ini harus menggejala di seluruh wilayah pesisir Jawa Timur,” pungkas Khofifah. ( * )