Abmas Prioritas ITS Prakarsai Gerakan Seribu Tangan Palsu
SURABAYA, PEWARTAPOS.COM – Civitas akademika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya membuat inovasi pembentukan masyarakat yang ramah difabel melalui Gerakan Seribu Tangan Palsu. Kegiatan ini diinisiasi melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Prioritas ITS.
Ketua Pelaksana Abmas priorotas ITS, Djoko Kuswanto, ST. M. Biotech menjelaskan bahwa Gerakan Seribu tangan Palsu ini diprakarsai bersama-sama oleh dosen ITS denagn memperhatikan perkembangan inovasi khusus difabel.
“ Diketahui bahwa lebih dari satu miliar orang diperkirakan mengalami disabilitas. Setara dengan sekitar 15 % dari populasi dunia, dengan 190 juta (3,8 %) orang berusia 15 tahun ke atas mengalami kesulitan yang signifikan dalam beraktivitas. Sehingga seringkali membutuhkan pelayanan perawatan kesehatan,” ujar Djoko Kuswanto, Senin (27/06/22).
Lebih lanjut Djoko menjelaskan bahwa di Indonesia sendiri, diketahui terdapat lima kategori disabilitas yaitu disabilitas fisik, intelektual, mental, sensorik, dan multiple/multiple. Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 22,5 juta atau sekitar 8 %.
“ Pengembangan karya abmas ini dilakukan sesuai dengan kemampuan para sivitas akademika dan masyarakat umum seperti memberi donasi, membantu mencetak dengan printer 3D, memberi info keberadaan sahabat difabel, dan lain sebagainya dan yang menjadi tolak ukur utama dalam pengembangan inovasi sekaligus menyelesaikan masalah adalah Sustainable Development Goals (SDGs),” paparnya.
Melalui slogan I Can’t…But We Can, Ayo Gotong Royong, Gerakan Seribu Tangan Palsu ini juga diharapkan mampu mencapai target SDGs dengan menggerakkan roda perekonomian masyarakat. Salah satunya dengan melibatkan bengkel prostetik atau ortotik di lokasi terdekat sahabat difabel untuk mendapatkan prosedur terapi dan bentuk socket yang aman dan nyaman dipakai.
Kegiatan ini juga siap memberikan pelatihan gratis dengan mengajukan permohonan workshop melalui wadah SMA/SMK/madrasah/pesantren. Djoko juga berharap penuh kepada pemerintah dan instansi terkait agar tujuan mulia ini bisa mendapatkan dukungan berkelanjutan untuk sahabat difabel bila ada kerusakan, perubahan karena umur atau sebab lain hingga pada update inovasinya
Tak hanya itu, diungkapkan Djoko juga bahwa ke depannya akan banyak sekali kegiatan yang akan dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan lembaga sosial bahkan masyarakat umum secara langsung, tapi hampir semuanya bersifat jangka pendek dan tanpa solusi untuk jangka panjang.
“Sedangkan produk ITS ini ditargetkan agar bersifat pengulangan pemberian produk jadi dengan mengandalkan kekuatan penggalangan donasi,” tandasnya.(iz)