JAKARTA, PEWARTAPOS.COM – Keluarga maupun jemaah haji Indonesia tidak perlu khawatir dengan pelaksanaan dan keberadaannya di Tanah Suci. Sebab selain menyiapkan petugas haji, Kementerian Agama Republik Indonesia juga mengirimkan tim reaksi cepat untuk memberikan pertolongan pertama jika ada masalah dalam pelaksanaan ibadah haji.
Tim tersebut bernama Tim Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (PKP3JH) yang saat ini sudah berada di Madinah dan Makkah. Tim ini beranggotakan 36 orang, terdiri atas komponen kesehatan dan perlindungan jemaah. Sebanyak 12 orang ditempatkan di Madinah, 23 petugas di Makkah. Ada satu orang berperan sebagai koordinator. Mereka bertugas secara mobile di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram, dan juga berkeliling ke sektor hotel jemaah.
“Tahun ini kita kembali optimalkan tim PKP3JH. Mereka akan bersinergi dengan para petugas haji untuk memberikan layanan dan membantu para jemaah,” jelas Direktur Bina Haji, Arsad Hidayat, di Jakarta, Selasa (30/5/2023).
Menurut Arsad, Tim PKP3JH mengemban lima tugas, yaitu pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan, dan rehabilitasi. Pencegahan merupakan intervensi pada suatu peristiwa yang belum pasti terjadi. Misalnya, menyiapkan sarana dan prasarana yang menjadi kebutuhan jemaah haji, seperti kursi roda dan lainnya.
Mitigasi dilakukan dengan memetakan dan menyiapkan perangkat lunak, serta program penanggulangan insiden yang mungkin terjadi. Kesiapsiagaan pada insiden diatasi dengan pelatihan gabungan setiap unsur petugas haji.
“Ini sudah kita lakukan saat pelatihan di asrama haji. Untuk tanggap darurat, itu merupakan upaya penanggulangan insiden dengan melakukan intervensi pada jemaah yang memiliki masalah, mulai ringan, sedang, hingga berat,” jelas Arsad.
“Dalam menjalankan tugasnya, selain kelengkapan alat perlindungan dan penanganan kesehatan, tim PKP3JH juga dibekali dengan 500 pasang sandal untuk jemaah yang membutuhkan,” sambungnya.
Tugas PKP3JH lainnya adalah pemulihan. Ini merupakan upaya untuk mengembalikan kondisi jemaah sebagaimana keadaan sebelum berangkat. Terakhir adalah rehabilitasi. “Tabulasi masalah yang didapatkan petugas haji akan digunakan sebagai acuan dalam menyusun perencanaan kegiatan haji selanjutnya,” ucapnya.
Koordinator PKP3JH, Agus Pribowo, menambahkan, tujuh hari operasional di Madinah, timnya mencatat layanan dan penanganan yang dilakukan atas sejumlah persoalan yang dialami jemaah. Di lapangan, tim PK3JH mendapati jemaah yang mengalami kehausan (1 orang), heat stroke (1), lelah/lemas (7), nyeri lutut (3), nyeri otot (5), nyeri punggung (1), pingsan/penurunan kesadaran (1), pusing/vertigo (3), kehilangan barang (3), kehilangan sandal (7), panik/cemas (1), terpisah dari rombongan (16), serta tersesat baik bersama rombongan (2) maupun sendirian (14).
“Atas beragam temuan di lapangan, tim PKP3JH segera melakukan penanganan, dan siaga membantu mereka,” jelas Agus Pribowo.
Beberapa upaya yang sudah dilakukan PKP3JH dalam membantu jemaah, antara lain mengantar mereka ke pemondokan, memberikan edukasi kesehatan (6), melakukan penanganan di tempat/posko (16), merujuk ke Haram Emergency Centre (1), berkolaborasi dengan Tim Linjam dalam membantu jemaah (4).
“Tidak kurang 21 jemaah diantar ke pemondokan dan delapan lainnya ditunjukkan arah pulang,” jelasnya.
“Jumat lalu, tim PKP3JH juga ikut mengevakuasi satu jemaah yang pingsan saat Salat Jumat di Masjid Nabawi. Setelah memberikan pertolongan pertama, jemaah tersebut akhirnya dievakuasi ke RS King Salman untuk penanganan lanjutan,” lanjutnya.
Selain penanganan langsung, lanjut Agus, PKP3JH juga melakukan langkah promotif preventif. Langkah itu antara lain dilakukan dengan kampanye “Gerakan 2 M: Makan 1 kurma per 1 jam, serta Minum seteguk air per satu jam”, tips menghindari risiko terjatuh saat gunakan eskalator, edukasi langkah penanganan bencana, dan lainnya. (rls/joe)