Angka Kemiskinan di Sumenep Capai 206,20 Ribu Jiwa
SUMENEP, PEWARTAPOS.COM – Sejak lima tahun terakhir, angka kemiskinan di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, terbilang masih cukup tinggi.
Pasalnya, berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Keris ini, angka kemiskinan terus meningkat sejak tahun 2018 hingga tahun 2022.
Kendati di tahun 2019 dan 2022 sempat menurun, namun angka penurunan tersebut tidak terlalu signifikan.
Pada tahun 2018, jumlah penduduk miskin di Sumenep mencapai 218,60 ribu jiwa atau 20,16 persen dari total jumlah penduduk yang ada.
Jumlah itu menurun di tahun 2019 menjadi 211,88 ribu jiwa atau 19,48 persen.
Pada tahun 2020, jumlah penduduk miskin di Sumenep malah kembali meningkat menjadi 220,23 ribu jiwa atau 20,18 persen.
Kemudian pada tahun 2021, jumlah penduduk miskin Sumenep terus meningkat menjadi 224,73 ribu jiwa atau 20,51 persen.
Terakhir, per tanggal 16 Desember 2022 kemarin, jumlah penduduk miskin Sumenep turun menjadi 206,20 ribu jiwa atau 18,76 persen dari total jumlah penduduk.
Jumlah tersebut menurun 18,53 ribu jiwa atau 1,75 persen dibandingkan kondisi penduduk miskin di bulan Maret 2021.
Menurut Kepala BPS Sumenep R H Candra, metode pengukuran kemiskinan oleh BPS menggunakan konsep kebutuhan dasar (basic needs approach) dengan menentukan Garis Kemiskinan.
Garis Kemiskinan (GK) sendiri, merupakan suatu batas minimal kebutuhan hidup (makanan dan bukan makanan) dalam sebuah keluarga yang digunakan untuk mengelompokkan penduduk dalam dua kriteria, yakni miskin dan tidak miskin, yang bisa berubah dalam setiap tahunnya.
Sementara, suatu penduduk dapat dikatakan miskin jika pengeluaran per kapita per bulannya di bawah standar Garis Kemiskinan yang ditentukan dalam metode Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS.
“Indikator survei Susenas mengunakan sample, dalam pendataannya itu tidak murni hanya dipakai kemiskinan, tapi juga indeks pembangunan manusia (IPM),” ungkapnya, Senin (6/2/2023).
Menurut dia, sebelum petugas survei turjun ke lapangan, petugas betul-betul di-briefing dalam bimbingan teknis. Dalam pendataannya mereka door to door ke rumah-rumah warga.
Sementara, untuk mendukung keabsahan data, petugas dibekali sistem semacam GPS, sehingga terjun tidaknya ke lapangan akan diketahui oleh BPS.
“Jadi dalam melakukan pendataan, kami tidak main-main, potret kemiskinan itu betul-betul fakta yang ada,” tutupnya. (han)