HeadlineNews

Ayo Biasakan Minum Jamu

Share Berita:

SURABAYA, PEWARTAPOS.COM – Prof Dr Mangestuti Agil, MS, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya, mengajak seluruh masyarakat Indonesia, tak terkecuali generasi mudanya untuk membiasakan minum jamu agar daya tahan tubuh dan kesehatannya selalu terjaga.

“Ramuan jamu jangan dipandang sebagai obat. Kalau kita pandang sebagai obat kita hanya minum kalau kita sakit. Itu yang agak kurang tepat menurut saya.” jelas Prof. Mangestuti, seperti dilansir dari laman kominfo jatim, Senin (8/1/2024).

Prof Mangestuti mengimbau, saat ini jangan ada lagi keraguan dalam diri untuk meminum jamu. Dengan beredarnya informasi yang tidak benar terkait minum jamu, mulai saat ini harus dihilangkan.

Hasil penelitian Mangestuti dan pengakuan UNESCO (The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) yang telah menetapkan jamu sebagai warisan budaya sehat dari Indonesia, membuktikan khasiat karya leluhur bangsa kita.

“UNESCO telah mengakui bahwa dengan meminum jamu membuat orang Indonesia sehat. Keputusan ini merupakan hal yang sangat luar biasa,” katanya.

Keputusan yang telah ditetapkan oleh UNESCO membuat seluruh lapisan masyarakat tidak terkecuali generasi muda untuk ikut andil berperan melestarikan jamu sebagai budaya sehat.

“Namun demikian mengonsumsi jamu harus tetap diimbangi dengan penerapan pola hidup yang sehat. Generasi muda harus mau mencoba memanfaatkan bahan alam ramuan jamu dengan disertai kondisi yang menunjang kerja bahan jamu tersebut,” tambah dosen senior di Universitas Airlangga Surabaya itu.

“Kalau tubuh kita sudah berada dalam keadaan tidak seimbang. Supaya jadi seimbang kita harus bantu, pola hidup sehat.” ungkapnya.

“Pak Menteri Kesehatan bilang, jamu ada vitamin, mineral. Bukan cuma itu. Ada zat khusus ada dalam bahan alam namanya zat bioaktif. Nah contoh zat bioaktif antara lain golongan alkaloid, terpenoid, fenol. Golongan-golongan begitu yang tidak ada di obat sintesis.” tambahnya.

Mangestuti mengaku bangga anak-anak muda saat ini tidak sedikit yang mengembangkan usaha untuk membuka kios jamu. Ini adalah hasil penemuan nenek moyang dan leluhur-leluhur Bangsa Indonesia, jadi kita harus bangga.

Menanggapi gerakan minum jamu yang dicanangkan Kemenkes, menurut Prof Mangestuti, perlu disosialisasikan secara masif, dibantu dengan pendidikan melalui keluarga.

Tidak hanya itu, masa kini media massa juga berperan penting untuk menampilkan figur-figur yang rajin minum jamu. “Kemudian peran tenaga kesehatan dalam segala sektor, tenaga kesehatan siapa saja dokter, farmasi, perawat semua itu perlu lebih paham minum jenis jamu atau ramuan dan dengan dalam menerapkan pola hidup sehat.” pungkasnya.

Direktur Utama RSJ Menur Surabaya, drg. Vitria Dewi, M.Si, juga mengaku suka dengan jamu-jamuan, seperti beras kencur, sinom, temu ireng, pahitan dan lain-lain. “Saya biasa juga minum jamu ibu gendhong itu yang sekarang ini mulai langka. Di badan terasa segar dan menambah daya tahan tubuh kita,” ujarnya.

Menurutnya, jamu gendhong itu perlu dilestarikan sebagai warisan budaya sekaligus untuk menjaga kesehatan. Budaya karya leluhur yang turun temurun itu perlu mendapat perhatian dan penelitian yang lebih dalam untuk dikembangkan ilmuwan-ilmuwan kita. “Dan orang-orang tua kita dulu ketika ilmu obat-obatan belum semaju saat ini, telah menemukan formula jamu itu,” kata ibu tiga anak itu.

Dra. Akhirul Kusuma Akbarini, Apt, yang akrab dipanggil Neny, mengakui, dirinya suka minum jamu untuk menambah kebugaran dan daya tahan tubuh. “Menurut Prof Mangestuti itu benar sekali, jamu bukan obat tetapi kandungan tanaman jamu bisa menstimulus daya tahan tubuh dan menjaga kebugaran,” ujar mantan apoteker di RSUD Bangil Pasuruan itu.

Neny yang ASN di RSJ Menur Surabaya itu, menambahkan, leluhur kita mempunyai keahlian soal jamu-jamuan itu, hanya saja memang tidak diikuti dengan penelitian yang intensif dan mendalam untuk mengembangkan hasil temuan tersebut.

“Kita mestinya bangga sebagai bangsa Indonesia yang memiliki leluhur yang pandai dan bijaksana. Dalam obat-obatan dari perawatan tubuh, penyembuhan sampai kecantikan, leluhur kita sudah menerapkan melalui jamu-jamuan maupun herbal. Mestinya ini yang harus kita kembangkan agar penemuan leluhur, tidak sampai musna,” harapnya. (joe)


Share Berita:
Tags
Show More

Related Articles

Back to top button
Close
Close