BRIN Publikasikan 2 Spesies Burung Baru dari Kalimantan Tenggara
JAKARTA, PEWARTAPOS.COM – Dua spesies burung jenis baru ditemukan di Kalimantan Tenggara. Kedua burung tersebut adalah Cyornis kadayangensis (Sikatan Kadayang) dan Zosterops meratusensis (Kacamata Meratus). Penemuan tersebut merupakan hasil riset dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sejak tahun 2016.
Menurut Principal Investigator Kerjasama Antara Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi-BRIN (LIPI) sekaligus peneliti senior di BRIN, Dewi M. Prawiradilaga menyebutkan bahwa hasil riset ini merupakan salahs atu hasil kolaborasi riset dengan mitra peneliti internasional.
“ Penemuan dua jenis burung baru ini merupakan salah satu hasil dari kolaborasi riset bersama dengan mitra peneliti internasional yang salah satunya adalah dengan Lousiana State University dari USA. Sebelumnya pada tahun 2020 yang lalu kami juga pernah mendeskripsiikan satu burung jenis baru dari lokasi yang sama,” ujar Dewi dalam keterangannya pada 29 Maret 2022.
Melansir dari Journal of Ornithology-Springer yang telah dipublikasi, penelitian ini dilakukan oleh lebih dari 10 peneliti. Peneliti tersebut adalah Mohammad Irham, Tri Haryoko, Subir B. Shakya, Simon L. Mitcell, Ryan C. Burner, Carlos Bocos, James A. Eaton, Frank E. Rheindt, Suparno, Frederick H. Sheldon dan, Dewi M. Prawiradilaga.
Tri Haryoko, peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolysi BRIN menjelaskan, bahwa deskripsi secara penampakan fisik dari burung kacamata merantus yakni berwarna hijau zaitun dengan corak zaitun kekuningan pada tubuh bagian bawahnya.
“Sehingga keduanya dapat dibedakan, kerabat yang paling dekat yaitu Kacamata Laut (Z. chloris) yang memiliki warna kuning yang lebih terang. Sedangkan Sikatan Kadayang memiliki warna yang lebih khas, yaitu tubuh bagian atas yang berwarna biru dan bagian bawah bewarna coklat jingga terang sampai putih, Sikatan Kadayang berbeda dari Sikatan Dayak (C. montanus) yang memiliki warna biru lebih pekat dan tubuh bawah kecoklatan tanpa warna putih,” papar Tri Haryoko.
Selain 2 peneliti tersebut, peneliti dari Museum Zoologicum Bogoriense Mohammad Irham juga turut memberikan keterangan. Dalam keterangannya, Irham menjelaskan bahwa letak Pegunungan Merantus yang terisolasi dari rantai pegunungan lain di Kalimantan, membentuk komunitas fauna yang unik seperti yang terlihat pada kelompok burung.
Namun Irham menambahkan bahwa terkat status konservasi Pegunungan Merantus, kelestarian burung di Pegunungan Merantus kini mendapatkan potensi ancaman dari perubahan dan kerusakan habitat yang terjadi.
“ Wilayah dataran rendah dari Pegunungan Meranstus telah mengalami perubahan, sehingga menyisakan habistat yang relative utuh hanya di zona pegunungan diatas 500 mdpl dengan luasan yang cukup terbatas. Ancaman lainnya adalah adanya perburuan burung untuk memenuhi pasar burung berkicau, tentunya perburuan ini mendorong populsi burung di Merantus ke jurang kepunahan. Oleh karena itu, konservasi habitat dan spesies di Pegunungan Merantus sangat penting untuk dilakukan,” tandasnya.(iz)