BRIN Rilis Jurnal Temuan Pteridophyta Jenis Terbaru Deparia stellata
JAKARTA, SKO.COM – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembali merilis hasil temuan terbarunya. Kali ini BRIN menemukan tumbuhan paku (Pteridophyta) jenis baru yakni Deparia stellata yang ditemukan di pedalaman hutan Pengunugan Bintang, Papua Nugini.
Hasil temuan ini merupakan hasil peneliti bidang botani pusat riset biologi, Wita Wardani yang berdasarkan pada spesimen yang dikoleksi oleh W.R. Barker dalam Ekspedisi Pegunungan Bintang tahun 1975. Ekspedisi tersebut merupakan perjalanan eksplorasi botani kolaboratif antara Rijksherbarium Belanda dengan herbarium nasional Papua Nugini.
Menurut Wita, penemuan jenis baru ini sangat penting sebagai langkah untuk terus memperkaya informasi variasi dan inventarisasi jenis tumbuhan paku khususnya yang berada di wilayah fitogeografi Malesia.
“ Kunci penemuan ini adalah kesediaan herbarium Natural History Museum London (BM) untuk meninjamkan spesimennya sebagai bahan acuan untuk memeriksa tumpukan spesimen yang belum teridentifikasi pada tahun 2016 silam. Praduga semula spesimen tersebut di identifikasi sebagai Deparia petersenii,” ujar Wita.
Namun setelah melalui pengamatan di mikroskop berdaya pembesaran tinggi di herbarium Bogor (BO), maka dikonfrimasilah bahwa hasil spesimen tersebut adalah spesimen baru yang pada akhirnya diterbitkan dalam jurnal Reinwardtia pada hari ini, Kamis (06/01/22).
Dalam pengamatannya, Wika mengaku bahwa dibantu oleh Wahyudi Santoro sebagai penggambar yang mengilustrasikan detail spesime secara akurat dengan proses diskusi dan pengamatan bersama yang intensif.
Selain dengan bantuan mikroskop, temuan ini terbantu dengan tersedianya gambar-gambar spesimen secara online dari herbarium besar. Termasuk spesimen-spesimen tipe di JSTOR Global Plant dengan fasilitas viewer foto beresolusi tinggi.
“ Foto-foto tersebut memudahkan siapa saja untuk melakukan konfirmasi wujud dari nama-nama yang terlibat dalam pemeriksaan. Namun untuk pengamatan karakter-karakter mikroskopis, foto beresolusi tinggi masih tidak cukup. Pendeskripsian jenis baru membutuhkan ketelitian yang selalu melibatkan pemeriksaan spesimen secara langsung,” pungkas Wita.