Cegah Kepunahan Bahasa, Kemendikbudristek Gelar Revitalisasi Bahasa Daerah
JAKARTA, PEWARTAPOS.COM – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia menggelar Silaturahmi Merdeka Belajar bertajuk “Revitalisasi Bahasa Daerah” pada Kamis (17/03/22).
Acara ini merupakan upaya lanjutan dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) khususnya, dalam melestarikan bahasa daerah bersama lembaga dan pemangku kebijakan.
” Berdasarkan laporan UNESCO, setiap dua minggu terdapat satu bahasa daerah di dunia yang mengalami kepunahan. Penyebabnya karena bahasa tersebut sudah tidak lagi digunakan,” ujar Kepala Badan Bahasa, Aminuddin Aziz.
Menanggapi isu tersebut, Aziz menegaskan bahwa Kemendikbudristek telah melakukan diskusi dengan pemerintah daerah melalui dinas pendidikan dan juga masyarakat untuk mengajak dan menyadarkan semua pihak bahwa revitalisasi merupakan tanggung jawab bersama.
Aziz menambahkan bahwa revitalisasi bahasa diperlukan karena bahasa bukan hanya urusan kombinasi kata dan bunyi tetapi sebagai refleksi kearifan lokal, refleksi pemikiran, refleksi perasaan dan nilai-nilai yang terkandung didalam bahasa menjadi ekspresi dari masyarakat.
“Pentingnya meningkatkan kesadaran melalui kampanye-kampanye bahasa terkait pentingnya pelestarian bahasa merupakan salah satu identitas bangsa. Dalam langkah awal, Kemendikbudristek memanfaatkan sektor pendidikan di mana sekolah merupakan pondasi utama,” ungkapnya.
Berdasarkan data yang dihimpun Badan Bahasa, Aminudin optimistis bahwa revitalisasi bahasa itu akan berhasil jika dilakukan berbasis pendidikan melalui sekolah.
“Kami mengajak secara bersama-sama dengan pihak sekolah supaya lebih terstruktur masuk ke dalam muatan lokal. Kekhasan tahun 2021 dan tahun 2022 yang akan kita teruskan ini adalah unsur pelibatan dari pemerintah,” Jelas Aminudin.
Sebagai informasi, bahasa daerah yang tersebar di Negara Indonesia pada 34 provinsi adalah 718 bahasa dari jumlah tersebut 25 bahasa terancam punah 6 bahasa dan 11 bahasa telah punah. Ada beberapa faktor penyebab kepunahan bahasa daerah pertama para penuturnya tidak lagi menggunakan bahasa tersebut, kedua tidak mewariskan bahasa kepada generasi selanjutnya, ketiga sikap para penutur bahasa daerah yang menganggap bahasanya tidak mendesak lagi untuk digunakan.
Merdeka berkreasi dalam penggunaan bahasanya memiliki sasaran dari revitalisasi bahasa daerah ini ada 1491 komunitas penutur bahasa daerah selanjutnya ada 29370 guru 17995 sekolah sekolah kemudian ada 1175 pengawas serta ada sekitar satu setengah juta siswa di 15236 sekolah
Sementara itu, komunitas Kemendikbudristek akan melibatkan secara intensif yaitu keluarga kemudian bagian lingkungan bahasa dan sastra dalam kepengurusan penyusunan model pembelajaran bahasa daerah dalam pengayaan materi Bahasa Daerah itu sendiri dan kurikulum serta dalam perumusan muatan lokal kebahasaan dan kesastraan.