SURABAYA, PEWARTAPOS.COM – Desa Wisata Buwun Sejati, Lombok Barat terpilih menjadi salah satu Desa Wisata terbaik di Indonesia dalam program Anugeran Desa Wisata Indonesia (ADWI) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Pusat Kajian Sustainable Development Goals (SDGs) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dr Agnes Tuti Rumiati MSc pada Kamis (07/07/22). Pasalnya Desa Wisata Buwun Sejati ini merupakan salah satu desa wisata yang dibina oleh ITS.
“ Desa Buwun Sejati bersama dua desa sekitar lainnya yaitu Desa Sesaot dan Desa Pakuan, dikarenakan ketiga desa tersebut termasuk dalam kawasan wisata yang disebut Sekawan Sejati, Sehingga ITS pun membuat skala konsep masterplan dengan skala tiga desa,” ujar Dr. Agnes Tuti Rumiati, MSc.
Menurut dosen yang akrab disapa Tuti ini, desa yang bisa menerima gelar Desa Wisata Terbaik tersebut adalah desa yang memenuhi kriteria-kriteria penilaian dari Kemenparekraf. Sehingga harapannya desa yang terpilih menjadi destinasi pariwisata berkelas dunia dan berdaya saing tinggi.
“ Potensi wisata di desa tersebut sangat strategis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Selain itu, desa tersebut juga dapat menjadi sarana mewujudkan tercapainya SDGs nomor 8 yang terkait pertumbuhan ekonomi dan nomor 11 mengenai smart cities and communities. Namun sayangnya pengelolaan desa tersebut masih kurang baik, sehingga kami bantu membuatkan masterplan,” paparnya.
Berkaitan dengan rencana tersebut, ITS pun mengawali kegiatan dengan mengadakan Focus Group Discussion (FGD) untuk memberikan pandangan perihal inovasi kepada warga setempat. Dengan adanya hal ini, para warga dapat memahami apa saja potensi di desanya. Di sisi lain, Tuti menilai bahwa para warga Desa Buwun Sejati semangat dan siap dalam mengembangkan desa mereka. Sehingga FGD kala itu berjalan dengan lancar.
“ Oleh karena itu, masterplan yang dibuat oleh ITS bersifat komprehensif dan menyeluruh dalam mempromosikan dan mengelola kawasan wisata tersebut agar dikenal oleh orang lain. Sehingga kami juga menyediakan pelatihan tour guide, manajemen, dan kuliner,” terang dosen Departemen Statistika ITS ini.
Tuti menjabarkan bahwa perkembangan warga dari berbagai pelatihan yang telah diselenggarakan sudah memuaskan. Dapat dilihat secara nyata dari pelatihan ini para warga dapat membuat paket wisata yang lengkap dan pengelolaan website. Dengan adanya paket dan domain website ini, diharapkan dapat memancing wisatawan agar berkunjung ke kawasan wisata tersebut.
Untuk memaksimalkan potensi ini, ITS menggandeng Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Lombok dalam hal pelatihan Wisata Kuliner dan Tata Hidang. Sebab, menurut Tuti, ITS tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk dapat diajarkan kepada warga desa terkait kuliner.
ITS juga bekerja sama dengan University South Australia dalam pengajaran Manajemen Wisata. Hal ini mencakup perencanaan sebuah rest area dan pusat layanan yang mengarahkan wisatawan menuju berbagai lokasi destinasi wisata Sekawan Sejati.
“Tidak lupa juga termasuk pembahasan mengenai strategi promosi yang tepat, materi promosi yang bagus dan diviralkan melalui berbagai media,” imbuh Tuti.
Ada pula bantuan dana cukup besar yang diterima dari sebuah lembaga Australia yaitu Alumni Grant Scheme (AGS). Selanjutnya, dana tersebut dikucurkan untuk menutupi biaya yang diperlukan guna mengelola kawasan wisata ini.
“Para warga pun mampu mempunyai berbagai macam fasilitas seperti perlengkapan memasak, pendanaan promosi, dan sebagainya,” ungkap Tuti lagi.
Pada akhir paparannya, Tuti berharap ke depannya desa lain di Indonesia juga dapat terpancing untuk mengembangkan desanya terutama dalam bidang wisata.
“Kami berharap bahwa dengan adanya masterplan ini, warga setempat bisa mengembangkan rancangan pengelolaannya secara mandiri,” pungkas Tuti.(iz)