HeadlineUncategorizedWisata

Desa Wisata Kampiun Penggerak Kebangkitan Ekonomi

Share Berita:

DESA-desa di Tanah Air mulai mempersolek diri bergiat memulihkan ekonomi mereka setelah pandemi covid-19 berlalu. Pelaku wisata bersama UMKM bangkit bergandengan tangan dalam upaya mengoptimalkan konservasi dan potensi keindahan alam, budaya serta kuliner. Desa wisata pun naik kelas dan menjadi simbol kebangkitan ekonomi, terutama di Jawa Timur.

Wisata Boonpring di Desa Sanankerto, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, contohnya, Kini mulai ramai didatangi pengunjung dari penjuru daerah, bahkan manca negara. Omzet miliaran rupiah ada di depan mata. Rakyat pun bahagia.

Boonpring adalah destinasi wisata ikonik. Boon yang bermakna anugerah dan Pring artinya bambu, bahkan bangkit lebih cepat. Objek wisata itu kian populer seusai menerima penghargaan The 5th ASEAN Rural Development and Property Eradication (RDPE) Leadership Award.

Ekowisata seluas 36,8 hektare ini memiliki koleksi 115 spesies bambu. Plasma nutfah bambu itu terbesar di seantero Nusantara. Bahkan sejumlah spesies langka di dunia pun tumbuh di sini.

Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kertoraharjo Desa Sanankerto, Samsul Arifin, Kamis (15/9/2022), mengungkapkan, warga bekerja keras melestarikan bambu itu bermakna ganda. Selain konservasi juga sebagai daya tarik pariwisata dan menumbuhkan ekonomi. Karena itu, tata kelola bambu dan sanksi diatur dalam peraturan desa.

Semula hanya ada enam jenis bambu atau pring, yakni pring petung, pring ori, pring rampal, dan pring jawa pada 2014. Dengan spirit gotong royong dalam meluaskan budi daya, akhirnya sampai memiliki 73 spesies. Lalu, pengembangan melibatkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menambah 42 jenis bambu. Jadi total menjadi 115 spesies bambu.

Pring Nagin berbentuk seperti botol berbatang hijau dan kuning tumbuh di sini. Adapula Pring Cendani berbatang kecil berwarna hitam. Bambu langka sekaligus tertua endemik Malang, yakni Pring Embong juga terus dibiakkan, termasuk pring dari Tiongkok berbatang putih pun sudah bisa dijumpai di desa wisata ini. “Terbaru kami mendatangkan bambu dari Ende, Nusa Tenggara Timur, dan membuat katalog bambu,” tegasnya.

foto: ist
Gerbang masuk Desa Wisata Boonpring

Selain bambu, Boonpring berfungsi sebagai konservasi ikan endemik Jawa Timur, yakni ikan dewa, gurami, bader pari, bader bang, dan dilem. Kawasan ini pun ditetapkan sebagai bank ikan menyatu dengan arboretum bambu. Di kawasan ini, listrik ramah lingkungan memanfaatkan PLTMH menerangi desa.

Penggerak Ekonomi Desa

Pengelola Desa Wisata Boonpring tetap mengandalkan gotong royong, yakni memberdayakan masyarakat sekitar. Infrastruktur diperbaiki, pariwisata pun memberikan manfaat menciptakan lapangan kerja dan menumbuhkan UMKM. “Pekerja di Boonpring saat ini ada 110 orang dan 88 kios UMKM,” kata Samsul.

Sebelum pandemi pada 2019, omzet Boonpring Rp 5,6 Miliar per tahun. Kala itu, BUMDes menyumbang Pendapan Asli Desa (PAD) Rp 615 Juta per tahun. Saat pandemi 2020-2021, omzet turun 50%. Pendapatan Tahun 2021 menjadi Rp 2,7 Miliar.

Namun setelah pageblug ini berlalu, kini Wisata Desa Boonpring menggeliat dan bangkit kembali. Pada Agustus 2022, sudah membukukan pemasukan Rp 2,4 Miliar dari target Rp 3,5 Miliar sampai akhir tahun. Pendapatan itu dari tiket masuk, grosir bahan pokok, usaha penyelenggara acara, magot, penjualan bibit bambu dan usaha lainnya.

Seiring dengan kemajuan Desa Wisata Boonpring, mampu menyejahterakan keberadaan UMKM. Setidaknya ada 8 kelompok UMKM batik yang tumbuh dan berkembang. UMKM berbasis makanan dan UMKM pembibitan pring pun ambil bagian mendongkrak pendapatan warga.

Produk Batik motif Boonpring, kopi, keripik, camilan carang mas dan opak memiliki pasar tersendiri. Bahkan, usaha magot kapasitas 800 kg dikembangkan dengan omzet Rp 5 juta per bulan. Sampah organik diimpor dari Kota Malang karena desa ini kekurangan bahan baku. “Dengan usaha magot bisa mengurai persoalan persampahan di objek wisata,” ucapnya.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menyatakan, backbone ekonomi Jawa Timur itu UMKM. Pasalnya, 9,7 juta UMKM berkontribusi sebesar. 57,25% pada Produk Domestik Regional Bruto Jatim.

Mereka memiliki 80% pasar lokal, 18% pasar regional dan nasional, serta 2% pasar global. Dukungan Pemprov Jatim kepada UMKM pun signifikan. Termasuk memberikan fasilitas untuk UMKM di Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Dinas Koperasi dan UKM selain East Java Super Corridor (EJSC) di Kota Malang, Jember, Pamekasan, Bojonegoro dan Madiun.

foto: ist
Kawasan Wisata yang dilengkapi dengan Pasar Wisata dan Kuliner membuat destinasi yang berlokasi di Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, itu menjadi salah satu pilihan untuk pelesir yang menarik.

Sedang Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elistianto Dardak, saat menghadiri Plataran Bromo Xtravaganza di Pasuruan, Minggu (11/9/2022), mengatakan, Jatim memiliki potensi besar desa wisata dengan beragam produk dan komoditas termasuk kopi.

Emil mengungkapkan, kopi kualitas ekspor mendorong tembuhnya UMKM sebagai pengungkit ekonomi dan menciptakan lapangan kerja dan menjadi solusi kala pandemi. Di Jember, anak muda mengembangkan hulu hilir kopi arabika dan robusta.

Di Jombang ada kopi exelsa, di Trenggalek, ada taman teknologi pertanian kopi dan butik kopi. “Kita juga punya Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,” tuturnya.

Menurut Emil, kopi di Jatim bercita rasa khas dan unik karena dipanen dari lereng pegunungan seperti Gunung Bromo, Tengger, Semeru, Arjuno, Wilis, Argopuro, Ijen. Kini, Pemprov Jatim juga mendorong hak kekayaan intelektual kopi terkait kekhasan indikasi geografis.

Kopi Dampit, Kabupaten Malang, sejak lama mendunia. Desa wisata berkembang pesat di kawasan Amstirdam, yakni Kecamatan Ampelgading, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, Turen dan Dampit.

Mantri Tani Kecamatan Dampit, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang, Sudarmo Prasetyo, menyatakan, lahan kopi seluas 3.156 hektare di Dampit menghasilkan 2.500 ton kopi per tahun dari total produksi kopi Amstirdam sebanyak 10.000 ton.

Dampit kini bisa dibilang menjadi pusat dagang kopi. Karena itu Kopi Nusantara dan Kopi Vietnam yang dikirim ke Dampit mencapai 50.000 ton per tahun. “Dampit menjadi pusat Kopi Nusantara, cita rasa kopinya terbaik di Indonesia dan dunia,” ujar Sudarmo Prasetyo. Kini, desa wisata dan UMKM mulai bergiat dan bangkit lebih cepat. Mereka sukses bersama menjadi simbol kebangkitan ekonomi. Dan kebangkitan itu kini sudah dimulai dari Jawa Timur. (joe/bs)


Share Berita:
Tags
Show More

Related Articles

Back to top button
Close
Close