SURABAYA, PEWARTAPOS.COM- Dengan semakin banyaknya kejadian bencana, mendorong berbagai pihak menaruh perhatian untuk turut serta berupaya menemukan cara yang efektif mengurangi risiko bencana. Termasuk kampus juga menaruh perhatian dengan berdirinya pusat studi bencana.
Begitu juga dengan dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Universitas Airlangga Surabaya, mendorong mahasiswa untuk meneliti dan mengkaji terkait kebencanaan, yang dituangkan dalam naskah skripsi sebagai prasyarat untuk mendapat gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M).
Salah satunya, Elina Dwi Kholifatul Latifah, mahasiswa jurusan FKM, peminatan administrasi kebijakan kesehatan, mempertahankan skripsinya yang berjudul “Analisis Mitigasi BencanaPada Fasilitas Kesehatan Aman Risiko Banjir di Bojonegoro”, di depan penguji. Senin (24/06/2024) siang.
Pengujinya adalah, Dr. Setya Haksana, drg, M.Kes, dan Aditya Sukma Pawitra, S.K.M, M.K.L. Mereka adalah dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga Surabaya. Disamping itu, juga mendatangkan penguji dari luar. Seorang praktisi kebencanaan, Drs. Edi Basuki, M.Si, salah seorang pengurus Forum Pengurangan Risiko Bencana (F-PRB) Jawa Timur.
Keterlibatan praktisi dari luar ini sebagai upaya memperkaya wawasan mahasiswa terkait dengan kebencanaan. Harapannya, skripsi yang disusun melalui serangkaian penelitian, dapat menemukenali berbagai permasalahan, sekaligus memberikan solusi kongkrit dalam upaya pengurangan risiko bencana, khususnya di daerah Kabupaten Bojonegoro yang jadi langganan banjir sungai Bengawan Solo.
“Paling tidak, nantinya skripsi mahasiswa dapat dijadikan rujukan untuk pembelajaran sekaligus memperbanyak pustaka yang membahas masalah bencana, khususnya dari sudut pandang kesehatan,” Kata Haksa yang baru saja merilis buku yang berjudul Integrasi Kesiapsiagaan Kebencanaan.
Dalam paparannya, Elina Dwi Kholifatul Latifah, mengatakan bahwa penelitian yang dilakukan di dua Puskesmas yang berada di Kecamatan Dander. Dimana, kedua puskesmas itu sering dilanda banjir ketika musim hujan, dampak dari melubernya air sungai Bengawan Solo.
Untuk itu perlu kiranya menyiapkan tempat yang aman untuk meletakkan fasilitas kesehatan agar tidak terkena genangan banjir, sehingga tetap dapat melayani masyarakat yang memerlukan bantuannya.
“Disamping itu pegawai puskesmas juga perlu mendapatkan pelatihan masalah kebencanaan untuk meningkatkan kapasitasnya dalam hal kesiapsiagaan, pencegahan dan mitigasi, serta meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar pihak dalam upaya penanggulangan bencana,” Kata Elina, yang asli kelahiran Bojonegoro.
Sebagai praktisi, Edi Basuki, dari F-PRB Jatim, menyoroti tentang perlunya konsistensi penulisan, termasuk penggunaan istilah, agar mudah dipahami oleh para pihak terkait.
“Alangkah baiknya jika hasil penelitian ini diberikan juga kepada BPBD setempat sebagai rekomendasi agar keterlibatan puskesmas dalam satgas kebencanaan semakin tanpak perannya,” Katanya berharap.
Sementara itu, Aditya lebih menekankan pada perlunya memperbaiki sistem penulisan, serta menyajikan data, grafik, tabel dan peta, agar mudah dipahami.
“Konsistensi penulisan perlu diperhatikan. Termasuk narasinya harus dibenahi sehingga tabel, peta dan sejenisnya agar tidak membingungkan,’ Ujarnya.
Sedangkan Dr. Setya Haksana, drg, M.Kes, lebih menitik beratkan kepada implementasi hasil penelitian untuk diberikan kepada pihak terkait sebagai upaya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang ada di Puskesmas dalam penanggulangan bencana. Baik itu fase pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana.
“Seperti sarannya Pak Aditya, tolong segera direvisi sesuai masukan para penguji. Karena skripsi ini akan menjadi referensi bagi mahasiswa lain,” Pungkasnya (edi)