Era Digital, Penyuluh Tetap Wajib Kunjungan Lapangan
SURABAYA,SKO.COM – Di era digital, sumber informasi, termasuk teknologi pertanian dapat dengan mudah didapatkan dari mana saja. Sumber informasi itu bisa dimanfaatkan kalangan penyuluh pertanian untuk membantu petani.
Meski kini informasi mudah didapat, kunjungan lapangan masih tetap menjadi ‘jajanan wajib’ bagi penyuluh pertanian, khususnya mengubah prilaku petani.
Ketua Dewan Pembina DPP Perhiptani, Mulyono Machmur mengakui, tidak semua kegiatan penyuluhan bisa melalui media sosial. Untuk transfer teknologi memang bisa dengan media sosial atau teknologi informasi. Tapi kaitannya dengan mengubah prilaku petani harus tetap ada kunjungan lapangan.
Untuk itulah lanjut Mulyono, seorang penyuluh pertanian harus mempunyai kemampuan soft skill seperti jiwa entrepreneur dan leadership. Jadi paling tidak seorang penyuluh memiliki sayarat minimal, mengusai teknis pertanian, bisa mengajar, ilmu sosiologi pedesaan, tinggal di desa wilayah kerjadan pendidikan dasar penyuluh pertanian.
“Jadi di era digital ini penyuluh harus bisa mengkombinasikan kemampuan hard skill dan seft skill. Artinya mengkombinasikan tatap muka dan teknologi informasi. Apalagi perubahan prilaku dan menbangun jiwa entrepreneur memang perlu kombinasi,” tuturnya, Senin (5/7/2021).
Mulyono mengatakan, setidaknya syarat minimal penyuluh pertanian progresifadalah memenuhi tuntutan perubahan zaman. Jadi, tidak ada upaya lain bagi penyuluh,kecuali harus belajar secara berkelanjutan.
Apalagi diera kemajuan teknologi informasi dan komunikasi banyak media belajar yang dirancang secara khusus maupun yang dapat dimanfatkan untuk proses pembelajaran. Termasuk penggunaan media massa (TV, Radio, Media Cetak, Media Online hingga Media Sosial) sebagai media penyuluhan.
“Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat untuk menjembatani informasi dan pengetahuan yang tersebar diantara yang menguasai dan yang tidak,” katanya.
Bahkan penelitian Palmer dan Keonig (2009) memangmemperlihatkan sebuah fakta bahwa masyarakat telah memindahkan penggunaan media dari awalnya koran, televisi dan radio menjadi media online dan sosial. Namun untuk mengubah prilaku masih perlu kunjungan lapangan.
“Meski petani yang berumur 15-50 tahun sudah tidak buta medsos lagi, tapi memang masih ada petani yang perlu melalui pendekatan kunjungan dan tata muka,” tegas mantan Kepala Pusat Penyuluh Pertanian ini.
Sementara itu Pengurus Perhimpunan Penyuluh Pertanian (Perhiptani) Banyumas, Bambang Riyanto, mengakui saat ini memang informasi lewat media jauh lebih mudah. Namun untuk pendekatan petani, terutama mengubah prilaku kunjungan penyuluh masih sangat penting.
“Kalau melalui media saya belum yakin mampu melakukan perubahan prilaku petani. Jadi peran penting kunjungan dan tatap muka, serta audiensi dengan petani, baik di lahan maupun di rumah penting terkait perubahan prilaku petani.
Kalau hanya penyebaran informasi memang cukup dengan medsos,” tuturnya. ( * )