Eskportir Utama Gula Palma Seluruh Dunia, Kemenperin Himbau Jaga Kualitas Melalui Transformasi Industri 4.0
BANYUMAS, SKO.COM – Implementasi dan revousi Industri 4.0 telah menjadi lompatan besar bagi sektor manufaktur dan juga industri kecil menengah (IKM) di Indonesia. Melalui program ini, semua lini produksi diintegrasikan dengan bantuan teknologi digital dengan tujuan untuk meningkatkan hasil produksi dan pangsa pasar.
Salah satu sektor yang menjadi prioritas pemerintah bersama dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yakni sektor usaha makanan dan minuman (Mamin). Selama pandemic covid-19 ini, industri mamin terbukti mampu survive diantara industri lain yang juga mengalami dampak penurunan secara signifikan.
“Hal ini menunjukkan bahwa industri 4.0 bukan menara gading, karena siapapun di manapun, kapanpun, dapat bertransformasi dengan teknologi ini. Industri 4.0 memungkinkan teknologi untuk semua,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam kunjungannya ke IKM produksi gula palma KSU Nira Satria, Banyumas, Selasa (07/12/21).
Perlu untuk diketahui bahwa gula palma merupakan salah satu komoditas unggulan yang dihasilkan oleh IKM. Indonesia merupakan negara pengekspor utama gula palma di dunia. Selain pasar ekspor,peluang di dalam negeri juga dinilai sama-sama menjanjikan.
Ekspor produk olahan yang berbahan dasar nira kelapa/gula aren/gula siwalan tersebut mencapai 36,5 ribu ton dengan nilai USD49,3 juta pada 2019, dan meningkat menjadi 39,4 ribu ton dengan nilai USD63,5 juta di 2020, akan diprediksi akan terus mengalami peningkatan.
Dalam rangka meningkatkan daya saing gula palma Indonesia di pasar global, terutama dalam hal efisiensi dan traceability, Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) terus mendukung penerapan transformasi industri 4.0 bagi IKM gula palma.
“Rantai pasok gula palma yang cukup panjang, mulai dari penderes, perajin, hingga eksportir mampu menyerap banyak tenaga kerja, yang akan berdampak meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menggerakkan perekonomian di daerah.” ucap Menperin.
Menperin menegaskan, untuk menjaga pasar utama gula palma dari negara pesaing, kualitas gula palma harus diperhatikan dengan baik agar tetap terjamin. Demikian pula dalam proses produksi yang harus efisien dan mudah telusur.
“Meningkatnya produktivitas dan daya saing IKM mamin yang didukung dengan penerapan teknologi menunjukkan bahwa industri 4.0 tidak mengeliminasi lapangan kerja. Di sini, proses pembinaan dan pembelajaran pun berjalan beriringan,” ujar Menperin.
Plt. Direktur Jenderal IKMA Kemenperin, Reni Yanita menjelaskan, implementasi industri 4.0 pada unit usaha gula palmameningkatkan traceability produk gula palma dari level pengepul ke IKM/koperasi. Manfaat lainnya, IKM akan memiliki sistem informasi berbasis website pada proses bisnis gula palma, meliputi otomatisasi timbangan digital IKM/ koperasi yang terintegrasi secara real time ke cloud database berbasis IoT, warehouse management system di level pengepul dan IKM/koperasi, serta real time data collector dan monitoring untuk peningkatan efisiensi mesin produksi berbasis IoT.
“Diharapkan nantinya KSU Nira Satria dapat menjadi pilot project penerapan industry 4.0 tidak hanya pada industri gula palma tetapi juga pada agroindustri lainnya yang memiliki rantai pasok panjang dengan pendekatan sentra IKM,” pungkasnya.