Hampir Setahun, 35 Bencana Terjadi Di Kabupaten Pasuruan
PASURUAN,PEWARTAPOS.COM – Terhitung Januari hingga sekarang, BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Pasuruan mencatat ada 35 bencana yang terjadi di wilayah Kabupaten Pasuruan.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pasuruan, Tectona Jati mengungkapkan, dari 35 bencana, paling banyak didominasi oleh bencana banjir. Yakni tercatat sebanyak 25 kejadian.
“Paling banyak ya banjir. Kalau bencana lain hanya satu atau dua kali saja seperti tanah longsor dan puting beliung,” kata Tecto di sela-sela kesibukannya, Sabtu (26/12/2020) siang.
Dari 25 kejadian, banjir rata-rata terjadi di 10 kecamatan yang dikategorikan sebagai wilayah rawan banjir. Diantaranya Kecamatan Gondang Wetan, Winongan, Rejoso, Grati, Beji, Gempol, Bangil, Purwosari, Kraton, dan Kecamatan Pohjentrek. Kata Tecto, banjir paling sering terjadi di Kecamatan Winongan, Grati, Rejoso, dan Kraton.
“Paling banyak di Desa Prodo, Kecamatan Winongan. Ada juga di Desa Kedawung, Kecamatan Grati dan Desa Sadengrejo, Rejoso. Juga di Kraton,” tambahnya.
Lebih lanjut Tecto menegaskan bahwa banjir di Kabupaten Pasuruan kebanyakan kiriman dari daerah hulu, seperti Malang.
Sampai sejauh ini, Pemkab Pasuruan sudah melakukan sejumlah upaya untuk mengantisipasinya. Seperti normalisasi sungai, sosialisasi kepada warga untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
“Kita himbau warga untuk gotong royong kerja bakti membersihkan sampah di selokan, parit, gorong-gorong dan lain sebagainya. Normalisasi juga dilakukan,” imbuhnya.
Tak selesai sampai di situ, BPBD Kabupaten Pasuruan juga melakukan sejumlah upaya mencegah terjadinya banjir dengan meningkatkan koordinasi bersama stake holder terkait hingga para relawan tangguh bencana.
“Koordinasi semakin kita intensifkan supaya ada gerak cepat dalam mengantisipasi maupun membantu masyarakat saat terjadinya bencana,” tegasnya.
Dengan masih banyaknya kejadian banjir di Kabupaten Pasuruan, Tecto mengimbau agar warga lebih peduli lingkungan. Caranya, tidak membuang sampah sembarangan. Juga melakukan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan. Tujuannya, untuk mengantisipasi kejadian banjir.
“Kami juga koordinasi langsung ketika terjadi bencana. Misalnya banjir, kami melakukan koordinasi mengenai penanggulangan kedaruratan.
Berupa pendirian dapur umur, pemberian makan siap saji, dan juga ketika dibutuhkan evakuasi kami menyediakan perahu karet,” tandas Tecto.
Di sisi lain, untuk bencana longsor, tercatat ada tiga kejadian. Longsor itu terjadi di tiga kecamatan.
Yakni Kecamatan Tosari, Kecamatan Wonorejo, dan Kecamatan Lumbang.
“Untuk di wilayah pegunungan, kami imbau tetap waspada. Ketika ada hujan intensitas tinggi, maka segera menghentikan aktivitas di dekat tebing. Karena itu rawan longsor,” jelasnya.
Sedangkan untuk puting beliung, tercatat ada dua kejadian. Selain itu, juga ada banjir rob, kekeringan dan bencana non-alam yakni Covid-19. ( * )