SURABAYA, PEWARTAPOS.COM – Laman Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim), Kamis (4/1/2024), memaparkan, persentase perempuan yang menganggur di Jawa Timur semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. Perempuan yang berada pada kelompok usia di atasnya atau 25 tahun ke atas kemungkinan besar telah memasuki masa pernikahan.
“Setelah memutuskan menikah, mereka lebih memilih untuk mengurus rumah tangga dan tidak berpartisipasi aktif di pasar tenaga kerja,” kata Kepala BPS Jatim, Zulkipli, melalui Laporan Profil Angkatan Kerja Perempuan Provinsi Jawa Timur 2022.
Dalam laporan BPS Jatim ini juga disebutkan, pengangguran perempuan di Jawa Timur memiliki pola yang sama seperti pola pengangguran secara umum. Pengangguran di daerah perkotaan cenderung memiliki proporsi relatif lebih besar daripada pengangguran di daerah perdesaan.
Pengangguran perempuan, baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan cenderung berada di kelompok usia muda, yaitu 15-24 tahun. Pada rentang usia tersebut, besar kemungkinan mereka baru menyelesaikan pendidikan di tingkat SMP maupun SMA.
“Artinya, mereka yang menganggur pada kelompok usia ini biasanya sedang menunggu atau mencari pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan yang dimiliki,” papar Zulkipli.
Sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) perempuan di Jawa Timur tercatat sebesar 5,13 persen, yang artinya terdapat 5 dari 100 angkatan kerja perempuan, menganggur. Sedangkan komposisi TPT lebih besar di wilayah perkotaan sebesar 7,87 persen sedangkan di wilayah perdesaan sebesar 1,99 persen.
“Angka ini selaras dengan proporsi perempuan bekerja di wilayah perdesaan yang juga lebih besar dibanding wilayah perkotaan dengan penyebab utama seperti pendidikan, usia, dan pengalaman,” seperti dimuat dalam Laporan Profil Angkatan Kerja Perempuan Provinsi Jawa Timur 2022.
Mengutip laman BPS Jatim, Kamis (4/1/2024), jumlah perempuan yang berstatus sebagai penganggur tercatat sekitar 481 ribu orang. Perempuan yang menganggur tersebut terdiri dari 256 ribu orang atau 53,30 persen penganggur yang pernah memiliki pengalaman bekerja, sementara sebanyak 224 ribu orang atau 46,70 persen penganggur tidak pernah bekerja dan belum memiliki pengalaman kerja.
Dalam laporan ini diterangkan, kelompok penganggur yang pernah bekerja dan penganggur yang belum pernah bekerja memiliki karakteristik yang berbeda. Akan tetapi secara umum, kelompok penganggur yang pernah bekerja biasanya lebih rasional dalam memilih pekerjaan dan mempertimbangkan pendapatan yang akan diterimanya.
Penganggur yang pernah bekerja juga biasanya memiliki jaringan informasi yang lebih luas dan lebih memiliki gambaran dan informasi tentang lapangan pekerjaan yang diinginkan. Kondisi ini biasanya akan menyebabkan kelompok ini memiliki waktu tunggu lebih singkat dalam mendapat pekerjaan dibanding kelompok yang belum pernah bekerja. (joe/kominfo jatim)