Keluhan Petani di Jatim Diungkap F-Nasdem DPRD Jatim
SURABAYA, PEWARTAPOS.COM- Fraksi Nasdem DPRD Provinsi Jatim mengungkap keluhan yang dialami petani di Jawa Timur, khsusnya petani tebu dan garam.
Anggota DPRD Provinsi Jatim Dr. H. Ahmad Iwan Zunaih, Lc., MM., M.Pd.I yang jadi juru bicara F-Nasdem pada Pemandangan Umum Fraksi terhadap Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2025, Kamis (31/10/2024) mengungkapkan hal tersebut.
“Komoditas tebu selama ini merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan daerah Jatim. Tapi tahun ini mereka ibarat sudah jatuh tertimpa tangga,” ungkapnya.
Akibat kurang hujan dan serangan hama embug yang meluas, produksi tebu petani mengalami kemerosotan hebat. Sialnya, pada saat bersamaan harga jual tebu petani turun. Ini anomali hukum ekonomi yang sedang menimpa petani tebu kita.
“Hanya kepada Tuhan dan pemerintah mereka berharap adanya perubahan peruntungan. Pembinaan serius bagaimana mengatasi hama embug tebu, misalnya, sekarang ini sedang ditunggu-tunggu petani. Tapi yang mereka rasakan saat ini justru kisah-kisah birokrasi yang dianggap lucu. Sebutlah itu kewenangan siapa dan dana dari mana,” kata Ahmad Iwan Zunaih.
Masalah lain soal pertanian adalah masih minimnya sumber daya manusia terutama gen –Z yang mau terjun dibidang pertanian padahal sesuai dengan RKPD Provinsi Jawa Timur 2025 adalah bertema Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia untuk Mendukung Transformasi Ekonomi Inklusif dan berkelanjutan”,
Dan tentu saja masih adanya masalah pupuk subsidi yang masih sulit diperoleh dan adanya pembatasan komoditi penerima pupuk subsidi sesua Permentan no. 1 thn 2024.
Demikian pula menurut F-Nasdem, dengan petani garam yang ada di madura, semua berkeluh kesah karena kelangkaan garam beberapa waktu yang lalu yang dikarenakan perubahan iklim yang tidak pasti, padahal Madura terkenal dengan pulau garam yang mana hampir 80% penduduk memiliki mata pencaharian sebagai petani garam terutama di Kecamatan Pademau Pamekasan.
“Hal ini menjadi permasalahan khusus dengan masih tingginya importisasi garam sehingga harga garam menjadi turun, disinyalir harga per kg Rp .750, dengan harga produksi yang mencapai Rp 800 per kilogramnya,” paparnya.
Termasuk dalam hal ini diperlukam Kebijakan khusus yang berpihak pada petani garam, baik infrastruktur yang berkaitan dengan peningkatan produksi garam dan dan pemberdayaan petani garam, sambil menunggu direalisasikannya perpres no126 Tahun 2022 terkait Pembangunan Pergaraman Nasional.
“Disamping pulau garam madura juga terkenal dengan penghasil tembakau, tetapi nasip petani tembakau masih memprihatinkan dikareanakan fluktuatif harga dan semakin berkurangnya lahan serta sulitnya mendapatkan pupuk,” pungkasnya. (zen)