Kemendikbudristek Gelar Penghargaan Desa Budaya Untuk Desa Penggerak Ekosistem Budaya
JAKARTA, SKO.COM – Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, dibawah naungan Direktorat Jenderal Kebudayaan, dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyelenggarakan Penghargaan Desa Budaya. Penghargaan ini sebagai bentuk apresiasi pemerintah terhadap warga dan pemerintahan desa yang telah membuat lompatan besar dalam menggerakkan ekosistem budaya di daerahnya.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim dalam sambutannya menyatakan bahwa pencapaian Desa Budaya ini sangat inspiratif. “Pemberian penghargaan Desa Budaya ini dapat menjadi inspirasi bagi desa lain dan juga bisa menjadi bahan pembelajaran para siswa dan pelaku pendidikan, merdeka belajar merdeka budaya,” ujarnya pada acara Penghargaan Desa Budaya 2021 yang berlangsung secara hibrida di Plaza Insan Berprestasi, Kantor Kemendikbudristek, Senayan, Jakarta, serta di kanal Youtube Kemendikbud RI, Jumat (17/12).
Vinalis desa budaya kan diseleksi lebih lanjut oleh tim. Kemudian desa yang lolos kriteria penilaian juri, berhasil mengangkat berbagai isu yang relevan di masyarakatnya dengan apik. Isu tersebut meliputi: konservasi sumber daya alam, inklusivitas/penguatan hubungan antarmasyarakat, peningkatan ekonomi lokal yang menyangkut bahan lokal dan ramah lingkungan, isu kelompok rentan, isu organisasi perempuan, kepedulian terhadap anak, pembangunan berkelanjutan, pendidikan, literasi dan penguatan karakter, akumulasi pengetahuan yang menyangkut kekayaan budaya, serta kepemimpinan termasuk di dalamnya nilai gotong royong.
Dalam kesempatan tersebut, Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid menyampaikan terdapat lima desa yang sudah memperlihatkan kesungguhannya dalam membangun budaya yang dibuktikan dengan pengerahan sumber daya yang tidak kecil dan berasal dari desa itu sendiri.
“ Kelima desa tersebut adalah Desa Maitara Utara, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara; Desa Mulyasari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat; Desa Pedalaman, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat; Desa Tandeallo, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat; dan Desa Tanjung Mas, Kabupaten Aceh Singkil, Aceh,” ujar Hilmar.
Menurut Dirjen Hilmar, peran aktif dan kolaboratif antra warga, perangkat desa dan pendampingan oleh Daya Desa serta Penggiat Budaya telah berhasil menghasilkan program yang komprehensif. Sehingga dengan berjalannya waktu program pemajuan kebudayaan desa yang signifikan akan menegakkan identitas yang menjadi ciri khas masing-masig desa.
Program Pemajuan Kebudayaan Desa memberdayakan sekitar 2.000 warga dari 270 desa yang bergerak bersama dengan pemerintah desa, didampingi oleh daya desa yakni pendamping kebudayaan desa dan penggiat budaya untuk melakukan tahap pemanfaatan. Tidak hanya di lingkup Kemendikbudristek, platform kerja bersama membangun desa mandiri dalam rangka pemajuan kebudayaan desa terus digaungkan bersama dengan berbagai kementerian/lembaga.
“ Ini bukan sekadar penghargaan yang diberikan di tingkat desa tapi penghargaan dalam upaya kita menegakkan identitas kita yang berbasis dari masyarakat desa,” pungkasnya.