Ekonomi

Kemenperin Dukung Harmonisasi Kemitraan Industri Pengolahan Kakao Dan Petani

Share Berita:

JAKARTA, SKO.COM – Kakao dan produk olahan kakao menjadi komoditi ekspor yang cukup menjanjikan. Dengan tingginya ketersediaan kakao di Indonesia, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya meningkatkan daya saing  industri pengolahan kakao di kancah global sehingga menjadikannya  sektor yang berkelanjutan. Dengan potensi yang dimiliki, Indonesia memiliki peluang besar dalam peningkatan nilai tambah komoditas kakao melalui kebijakan hilirisasi.

Menurut International Cocoa Organization (ICCO) tahun 2018/2019, produksi biji kakao yang dihasilkan negara Indonesia mencapai 220 ribu ton. Hasil ini menjadikan Indonesisa sebagai penghasil biji kakao terbesar ke enam di dunia.

Plt. Dirjen Industri Agro , Putu Juli Ardika mengemukakan, Indonesia merupakan produsen kakao olahan terbesar ketiga dunia setelah Belanda dan Pantai Gading. Kekuatan ini ditopang dari 11 industri pengolahan kakao dengan total kapasitas terpasang mencapai 739 ribu ton per tahun.

“Seiring upaya memacu pengembangan industri pengolahan kakao di dalam negeri, Kemenperin turut aktif mendorong peningkatan produktivitas biji kakao dan konsumsi produk kakao olahan,” ujar Putu Juli Ardika di Jakarta, Minggu (28/11/21).

Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa sebagai dampak dari terjadinya pandemic covid-19 berbagai sektor tampak mengalami penurunan. Namun, salah satu industri yang masih mampu bertahan dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian negara adalah sektor industri pengolahan kakao. Hal ini dibuktikan dengan capaian ekspor produk olahan kakao nasional pada tahun 2020 mencapai USD 1,12 miliar atau dapat dikatakan naik jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya mencapai USD 1,01 miliar.

Diantara produk kakao olahan yang diekspor tersebut yakni dalam bentuk liquor, butter, bubuk, dan cake. Dengan negara tujuan utama ekspor di antaranya ke Amerika Serikat, Belanda, India, Jerman dan China.

Capaian ekspor tersebut dikarenakan produk kakao olahan Indonesia berdaya saing global dan  diimbangi dengan standarisari internasional. Didukung pula dengan varietas kakao Indonesia yang memiliki ciri khas tersendiri.

Faktor hubungan kemitraan yang baik dan positive antara industri pengolahan kakao dengan para petani kakao juga menjadi faktor penentu keberlangsungan pasokan kakao yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Sehingga dapat memanjukan dan mensejahteraan perekonomi petani kakao Indonesia. 

“Kami juga turut mendorong penggunaan teknologi industri kakao yang inovatif, efektif dan ramah lingkungan sehingga produktivitas dan kualitias kakao Indonesia meningkat,” pungkasnya.


Share Berita:
Tags
Show More

Related Articles

Back to top button
Close
Close