Ekonomi

Kemenperin Proaktif Monitoring Kebijakan Industri Beroperasi 100%, Pacu Eskpor Dan Penambahan Pekerja

Share Berita:

JAKARTA, SKO.COM – Kementerian Perindustrian proaktif melakukan monitoring aktivitas sektor industri yang telah beroperasi 100 persen pada masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Upaya ini sekaligus untuk memastikan penerapan protokol kesehatan secara ketat dan disiplin.

“Beberapa waktu lalu, kami telah melakukan kunjungan kerja di Jawa Tengah untuk memantau sejumlah sektor industri yang berkategori esensial,” kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Muhammad Khayam di Jakarta, Selasa (28/09/21).

Dirjen IKFT menyampaikan, perusahaan yang ditinjau tersebut, yakni PT Globalindo Intimates (GI) di Kabupaten Klaten selaku industri garmen dan PT Selalu Cinta Indonesia (SCI) di Salatiga mewakili industri alas kaki. Pihaknya juga  berdialog dengan pimpinan perusahaan tentang manfaat dan kendala implementasi kebijakan operasional industri 100 persen.

Menurut Khayam, kedua perusahaan mengakui adanya kebijakan operasional industri 100 persen sangat tepat dan bermanfaat karena mereka sedang memacu produktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor khususnya wilayah Eropa dan Amerika.

“Saat ini, PT GI dan PT SCI sedang mendapatkan limpahan order dari Vietnam dan negara kawasan lainnya yang sedang lockdown akibat pandemi Covid-19 gelombang kedua,” ungkapnya

Banyaknya pesanan  tersebut menyebabkan PT GI dan PT SCI akan berproduksi full capacity hingga tahun 2023.

Oleh karena itu, kedua perusahaan akan menambah jumlah tenaga kerjanya dari  3.800 orang, dan akan ditambah menjadi lebih dari 6000 orang. Sedangkan, PT SCI akan menambah tenaga kerja menjadi 9.000 orang dari jumlah existing 5.400 orang.

Khayam menjelaskan, sebagaimana amanat Surat Edaran Menteri Perindustrian Nomor 3 Tahun 2021 juncto No 5 Tahun 2021 tentang Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri pada Masa Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19, industri yang beroperasi pada masa PPKM harus menerapkan protokol kesehatan pada operasional produksinya.

“PT GI dan PT SCI yang telah mendapatkan izin operasional produksi 100 persen telah melaksanakan protokol kesehatandan mengimplementasikan aplikasi PeduliLindungi dengan baik,” tuturnya.

 Kedua perusahaan ini memberlakukan protokol kesehatan yang mencakup 6M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, menjaga asupan makanan dan minuman sehat, serta menjauhi kerumunan), dan menerapkan 3T (testing, tracing, dan treatment) pada seluruh karyawan.

Sejauh ini, tingkat vaksinasi karyawan di PT GI mencapai 95 persen untuk vaksin pertama dan 75 persen untuk vaksin kedua. Sedangkan tingkat vaksinasi karyawan di PT SCI sebesar 78 persen untuk vaksin pertama dan kedua.

Perwakilan manajemen PT SCI, Hardiono Arron mengungkapkan bahwa industri di Salatiga membentuk grup media sosial untuk saling berkoordinasi terkait kendala aplikasi PeduliLindungi dan masalah lainnya terkait peraturan PPKM.

Pada kunjungan tersebut, tim Ditjen IKFT juga mendapatkan penjelasan tentang implementasi industri 4.0 di PT GI dan PT SCI. Teknologi 4.0 yang telah diadopsi oleh perusahaan tersebut adalah penggunaan IoT, sensor (RFID dan barcode), robotic, dan real-time controlling. Implementasi industri 4.0 ini memberikan manfaat efisiensi cost per minute, quick response deployment, peningkatan produktivitas, dan peningkatan kualitas.

Sejak tahun 2018, Ditjen IKFT menyelenggarakan kegiatan pembinaan terkait Making Indonesia 4.0 untuk membantu percepatan implementasi industri 4.0 pada perusahaan binaan. Pada tahun ini, PT GI akan menjadi salah satu perusahaan yang difasilitasi oleh Ditjen IKFT untuk meningkatkan kualitas proses bisnisnya pada kegiatan Bimbingan Teknis Lighthouse Industry 4.0.

PT GI akan mendapatkan bimbingan teknis transformasi manajer serta pengenalan dan asistensi adopsi teknologi 4.0 yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Dengan menjadi perusahaan peserta Bimbingan Teknis Lighthouse Industry 4.0, PT GI wajib bersedia menerima perusahaan lain yang ingin melakukan benchmark studi pembelajaran implementasi industri 4.0.


Share Berita:
Tags
Show More

Related Articles

Back to top button
Close
Close