Kerapan Sapi Terancam Punah, Pakar Sakera: Kurangi Pengamanan Ekstrem
BANGKALAN, PEWARTAPOS.COM – Kerapan Sapi, salah satu budaya warisan nenek moyang yang ada di Pulau Madura, kini terancam punah akibat kurangnya dukungan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangkalan.
Kekhawatiran ini disampaikan oleh Ketua Umum Paguyuban Karapan Sapi Se-Madura (Pakar Sakera), H. Moh. Tohir, dalam rapat persiapan Kerapan Sapi yang diadakan di Aula Diponegoro, Kantor Pemerintah Kabupaten Bangkalan, pada Jumat (9/8/2024).
Rapat tersebut dipimpin oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Bambang Budi Mustika, didampingi oleh H. Tohir, serta dihadiri oleh Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Bangkalan, Ahmad Ahadian Hamid, perwakilan dari Polres dan Kodim Bangkalan, serta para tokoh masyarakat dan kepala desa yang tergabung dalam Persatuan Kerapan Sapi (Porkesap) Kabupaten Bangkalan.
H. Tohir menyampaikan bahwa budaya Kerapan Sapi terancam punah karena tingginya biaya pengamanan yang harus dikeluarkan oleh para pelestari budaya. Sebagai contoh, ia menyebutkan event di Desa Katol, Bangkalan, di mana jumlah personel keamanan dari Kepolisian dan TNI yang diterjunkan mencapai ratusan, melebihi jumlah penonton yang hadir, yang tentunya memerlukan biaya besar.
“Kerapan Sapi ini adalah budaya kami, orang Madura, dan jangan dianggap sebagai sesuatu yang ekstrem atau menakutkan sehingga tidak perlu menerjunkan ratusan personel keamanan seperti itu,” keluhnya.
Aba Tohir, sapaan akrabnya, meminta agar Pemkab Bangkalan tidak lagi membebani para pelestari budaya Kerapan Sapi dengan biaya keamanan yang tinggi.
“Seperti di Desa Katol itu, sekitar 400 personel keamanan diterjunkan. Bayangkan berapa besar biaya yang harus kami keluarkan, dan itu sangat memberatkan,” tuturnya.
Tohir juga menyoroti dampak negatif dari keberadaan aparat keamanan yang berlebihan di lokasi acara, yang dapat menimbulkan ketakutan di kalangan penonton dan mengurangi minat masyarakat untuk menonton atau melestarikan budaya mereka sendiri.
“Penonton akan merasa takut dan bertanya-tanya ketika melihat banyaknya aparat di lokasi. Mereka akan enggan datang untuk menonton atau melestarikan budaya mereka sendiri,” jelasnya.
Ia sangat yakin bahwa jika Pemkab Bangkalan terus menerapkan pola pengamanan yang berlebihan tanpa memberikan dukungan yang memadai, maka budaya Kerapan Sapi akan punah, terutama di Kabupaten Bangkalan.
“Di kabupaten lain tidak seekstrim ini, hanya di Bangkalan saja. Jika cara pengamanannya terus seperti ini dan tidak ada dukungan dari Pemkab, budaya Kerapan Sapi akan punah, dimulai dari Kabupaten Bangkalan,” tegasnya.(rud)