Surabaya

Ketua PW Fatayat NU : Pelecehan Seksual Anak Terus Meningkat

Share Berita:

SURABAYA, PEWARTAPOS.COM – Kasus perundungan dan pelecehan seksual masih banyak terjadi di masyarakat. Ketua Pengurus Wilayah Fatayat Nahdlatul Ulama Provinsi Jawa Timur, Dewi Winarti, M.Pd menyampaikan sejak tahun 2019-2020 kasus pelecehan seksual anak terus meningkat baik dalam bentuk pemerkosaan, intimidasi, maupun bullying.

Berdasarkan data ECPAT Indonesia, setelah dilakukan penelitian pada kerentanan anak dari eksploitasi seksual online di masa pandemi Covid-19, sekitar 1.203 responden anak di 13 provinsi, ada sebanyak 287 responden mengalami pengalaman buruk selama berinternet di masa pandemi. Kemudian dari 600 koresponden, ada sekitar 91,6% pernah mengalami, mendengar, dan melihat kasus kekerasan seksual.

“Kekerasan seksual online terjadi bisa kapan saja dan di mana saja, ketika seseorang menggunakan media sosial aplikasi chatting atau internet, ketika bermain game online yang difasilitasi,” ujar  Dewi saat menjadi pembicara dalam Seminar “Pencegahan Perundungan dan Pelecehan Seksual di Lingkungan Kampus” pada Jumat (30/09/22) di Auditorium Lantai 3, Gedung FIO UNESA Kampus Lidah Wetan, Surabaya.

Dewi Winarti menyebutkan ciri-ciri pelaku sebelum melakukan pelecehan seksual dimulai dari, tahap pengumpulan informasi atau data calon korban, yang kedua tahap pembangunan komunikasi dengan calon korban korban (berteman baik, sharing), yang ketiga tahap fase rahasia dan isolasi: kesepakatan rahasia, chatting rahasia.

Selanjutnya, peningkatan dan penguatan komunikasi untuk memancing melalui gambar-gambar yang mengundang hasrat seksual, dan yang terakhir menunggu balasan dari calon korban.

Semenjak pandemi melanda Indonesia, kasus perundungan via online melalui sosial media atau cyber bullying juga alami peningkatan. Sebab-sebab seseorang melakukan bullying yaitu mereka terbiasa membuat ancaman kekerasan saat marah, mengalami pelanggaran tertib, sedikit teman akrab, kurang diawasi orang tua, pernah menyaksikan atau mengalami kekerasan seksual.

“Yang cenderung menjadi sasaran bullying itu kepada mahasiswa baru atau mahasiswa termuda,” terangnya

Persamaan bullying dan cyberbullying sama-sama terjadi aktivitas bullying (merendahkan, mengolok-olok, intimidasi, hingga kekerasan). Sama-sama menimbulkan dampak pada korban bahkan bisa sampai pada kasus bunuh diri.

“Mengapa korban diam? Malu karena ditindas, takut aksi balas dendam, tidak berpikir bahwa ada yang dapat menolong, dibawa pada kebohongan bahwa penindasan merupakan bagian dari kedewasaan, mengadukan ke teman sebaya merupakan hal yang baru dan bersifat kekanak-kanakan,” paparnya.

Ciri-ciri anak korban bullying yaitu adanya perubahan perilaku anak, paranoid, stres dan depresi, nafsu makan berkurang. Pencegahan dapat dilakukan melalui implementasi kampus ramah mahasiswa.

“Kampus bisa membentuk tim khusus anti bullying atau membangun sistem pencegahan bullying di kampus,” pungkasnya.(iz)


Share Berita:
Tags
Show More

Related Articles

Back to top button
Close
Close