Uncategorized

Mahasiswa ITS Gagas Pengontrol Pemurnian Biogas Dukung Implementasi ET 2030

Share Berita:

SURABAYA, PEWARTAPOS.COM – Andreas Krisma Sukmana , mahasiswa Departemen Teknik Instrumentasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang berhasil membuat terobosan berupa alat kontrol temperatur cerdas untuk pemurnian biogas. Alat tersebut diberinya nama SMITOL (Smart Humidity Control pada Proses Purifikasi Biogas).

Terciptanya alat tersebut dilatarbelakangi oleh masih minimnya implementasi pengembangan biogas rumah tangga di Indonesia untuk menuju energi terbarukan di tahun 2025. Andre menjelaskan alat ini menggunakan metode redundancy water scrubber dan silika gel berbasis Internet of Things (IoT).

“ Metode ini dipilih karena water scrubber dinilai lebih efisien dan mampu menangkap partikel dalam bentuk kecil serta dapat mengikat gas, sedangkan silica gel dipilih karena dapat menghindari berkembangnya kemembaban yang berlebih setelah melewatinya, dengan menyerap tanpa mengubah kondisi zatnya” papar Andre di Surabaya pada Senin (30/05/22).

Teknologi yang ditawarkan oleh mahasiswa angkatan tahun 2018 tersebut dapat memurnikan biogas dengan menjaga kelembaban dan menyimpan data yang disimpan di database. bahwa SMITOL menggunakan set point di bawah 60% kelembaban, yang artinya dapat membuat purifikasi tetap terjaga karena sesuai dengan set point.

“ Alasan lain digunakannya set point di bawah 60 persen adalah karena dalam menggunakan biogas untuk memasak, listrik dan lain-lain harus bersih, supaya biogas yang dimurnikan menjadi kering tanpa adanya air yang dapat mengakibatkan kalor biogas berkurang,” imbuhnya.

Tidak hanya itu, lanjut Andre, SMITOL menggunakan sistem pengendalian otomatis dan IoT.,” tutur Andre, di Surabaya, Senin(30/5/2022).

Andre meyakini jika alat ciptaannya lebih unggul dibandingkan alat kontrol temperatur konvensional pada umumnya. Alat yang diciptakannya bekerja secara otomatis secara keseluruhan, berbeda dengan alat kontrol konvensional yang masih harus digunakan secara manual.

“Keseluruhan parameter teknis dari alat yang saya gagas ini mulai dari instrumen pengukur, sistem pengendalian kelembaban, maupun sistem redundancy semua sudah otomatis sehingga bisa lebih efisien. Sistem IoT saya gunakan supaya kelembaban dari output purifikasi tetap terjaga, lalu diatur menggunakan smartphone dan monitoring secara real time” tandas Andre meyakinkan.

Dari hasil karyanya ini Andre berhasil membawa pulang prestasi juara pertama pada kompetisi Physics Tour Competition 2 kategori Esai Penerapan Fisika dalam Pengembangan Teknologi yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Riau, akhir Maret lalu.(iz)


Share Berita:
Tags
Show More

Related Articles

Back to top button
Close
Close