Menanti Senja di Singapore River
SINGAPORE, SKO.COM – Mulai dibukanya tempat-tempat wisata di Singapura pasca lockdown sejak April 2020 akibat pandemi turut menggairahkan kembali geliat ekonomi berbagai kawasan di negeri jiran tersebut. Salah satu objek wisata populer yang sempat ditutup sementara waktu adalah menyusuri sungai yang melintas di tengah-tengah pusat megapolitan Singapura.
Sungai yang dikenal dengan nama Singapore River ini mengalir dari tengah kota menuju ke lautan. Kegiatan yang paling diminati para wisatawan adalah Singapore River Cruise, yakni menyusuri sungai dengan menggunakan perahu listrik yang canggih sambil memandang ke arah gedung-gedung pencakar langit yang artistic.
Meski loket dibuka sejak pukul 09.00 pagi, moment menyusuri sungai yang paling indah adalah menjelang senja kala. Disaat lampu-lampu hias yang berwarna-warni di sepanjang pedestrian sungai mulai bersinar. Senja di Singapura amatlah berbeda dengan Indonesia. Meski jarum jam menunjukkan pukul 19.00 waktu setempat, namun langit di ufuk barat masihlah terang benderang seperti serasa masih pukul 16.00 WIB.
Adapun rute pelayaran dimulai dari Clarke Quay, memutar di dekat Esplanade Marina Bay, lalu kembali menyusuri sungai hingga mencapai dermaga awal di Clarke Quay. Lama waktu berlayar sekitar 60 menit. Selama perjalanan wisatawan dapat mengabadikan view yang indah dengan handycam atau camera handphone.
Di dalam perahu, terdapat siaran TV LCD di dekat cokpit yang menjelaskan sejarah perkembangan sungai ini. Diawali tahun 1977, saat sungai tersebut mulai direvitalisasi untuk menjadi bagian wisata air berkelas dunia. “Airnya hitam, bau amis dan beracun,” kata Perdana Menteri Lee Kuan Yew lewat rekaman video lima dekade silam.
Dibutuhkan banyak koordinasi, tekad dan komitmen politik yang sangat tegas dan penuh integritas. Sekian puluh tahun kemudian tetap saja sungai tersebut masih tercemar oleh limbah industry, sampah rumah tangga dan peternakan babi.
Meski sekitar 200-400 kilogram sampah per hari berhasil diangkat dari dasar sungai sepanjang 3,2 km (antara Kim Seng Road hingga Esplanade Bridge), namun jumlah sampah yang dikeruk selama puluhan tahun tetaplah sama saban harinya.
Saking sulitnya mengubah perilaku warga untuk tidak lagi membuang sampah di sepanjang sungai, para pakar lingkungan sampai mengusulkan agar permukaan sungai ditutup beton dan dijadikan ruang publik yang representative.
“Kami merekomendasikan agar pemerintah mengubah sungai menjadi system pembuangan limbah dan menutupinya,” ujar Kepala Penasehat Ekonomi Singapura Dr. Albert Winsemius kala itu.
Kini, menyusuri Singapore River kala senja adalah momentum yang paling diminati oleh wisatawan manca negara. Harga tiketbox untuk bisa naik perahu listrik Singapore River Cruise ialah SGD. 25 untuk dewasa, dan SGD. 15 untuk anak usia 3-12 tahun. (fred)