Wisata

Museum Mpu Tantular Lakukan Kajian Biologika Fosil Tengkorak Buaya

Share Berita:

SIDOARJO, PEWARTAPOS.COM – Museum merupakan suatu lembaga yang bertugas mengumpulkan, merawat dan memamerkan keberadaan benda-benda budaya kepada masyarakat luas untuk keperluan pendidikan, penelitian dan juga keperluan hiburan dan rekreasi. Untuk itu museum harus mampu menyajikan dan memberikan data yang semaksimal mungkin.

Museum Mpu Tantular terus berupaya dalam melakukan pengelolaan koleksinya serta melengkapi data koleksi dengan melakukan pengembangan informasi koleksi museum melalui kajian koleksi.  Salah satu koleksi yang ada di Museum Mpu Tantular adalah koleksi fosil fauna kepala buaya yang berumur lebih dari 800.000 tahun.

“ Yang kita teliti bersama hari ini adalah fosil tengkorak buaya yang berasal dari sungai Porong Sidoarjo dan diperkirakan berusia sekitar 800.000 tahun yang lalu,” ujar Marlina Yuliyanti Rosyidah, S. Si., M. A., Pamong Budaya Ahli Muda Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran (BPSMPS) yang melakukan kajian di Museum Mpu Tantular, Kamis (14/07/22).

Marlina menjelaskan, fosil yang ada disini dapat berasal dari penemuan masyarakat yang kemudian diserahkan ke museum, lalu ada pula masyarakat yang melaporkan bahwa dirumahnya atau di lingkungannya ditemukan fosil yang kemudian para peneliti akan melakukan eskafasi pada temuan tersebut.

“ Atau bisa juga dari pihak museum yang berinisiatif untuk melakukan eskafasi atau penggalian sendiri,” imbuhnya.

Dalam kajian koleksi biologic fosil tengkork buaya  ini, Marlina ditugaskan bersama dengan Maya Damayanti, S. Si sebagai teknisi laboratorium dan Siwiyanti, S. Si sebagai teknisi pelestari cagar budaya.

Maya menambahkan, ketika ditemukan fosil atau melakukan kajian pada fosil maka peneliti harus mengetahui terlebih dahulu bagian apa yang ditemukan tersebut. Lalu kemudian dilakukan identifikasi misalnya dengan pengukuran serta didukung dengan literature yang sesuai.

“ Penelitian ini bersifat komparasi / membandingan koleksi yang kita teliti sekarang di museum ini dengan koleksi yang ada di museum sangiran dan juga dengan fosil tulang buaya yang ada  di jaman sekarang ini. oleh karenanya kita perlukan ukuran yang mendetail dan waktu yang lebih lama dalam pengidentifikasian hasil pengukuran yang kita dapat hari ini,” imbuh Maya.

Di Indonesia sendiri, penelitian mengenai fosil masih sangat minim literature. Sehingga dalam pengaplikasiannya juga masih sangat terbatas karena mayoritas peneliti berasal dari luar negeri.

“ Data penelitian ini nantinya akan di share oleh pihak museum untuk dijadikan bahan edukasi kepada masyarakat umum dan bagi yang membutuhkan. Memang sayangnya, banyak sekali fosil yang ditemukan dalam keadaan temuan lepas jadi sudah tidak insitu dari tanahnya langsung. Untuk merujuk usia asli fosil itu berapa itu sangat sulit. Kecuali kita mau mengujikan diambil sampel fosilnya untuk dibawa ke Australia atau Eropa misalnya untuk diujikan disana, karena di Indonesia belum ada,” pungkas Maya.(iz)


Share Berita:
Tags
Show More

Related Articles

Back to top button
Close
Close