Harga Cabai Rawit Naik Jelang Nataru
SURABAYA,PEWARTAPOS.COM – Naiknya harga cabai rawit, menjelang natal dan tahun baru (Nataru) 2021/2022 dikarenakan karena adanya tingginya curah hujan.
Wakil Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Jawa Timur, Nanang Triatmoko, mengungkapkan, di tingkat petani harga cabai rawit mencapai Rp 50 ribu per kilogram. Berdasarkan data Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) Disperindag Jatim harga Selasa (14/12/2021) rata-rata cabai rawit di Jatim Rp 76.250 per kilogram.
Di Kota Surabaya, harga cabai rawit rata-rata Rp 84.000 per kilo gram, di Pasar Genteng sebesar Rp 70.000 per kilo gtam. Kemudian di Pasar Keputran mencapai Rp 100.000 per kilo gram, di Pasar Pucang Anom Rp 90.000 per kilo gram, di Pasar Tambahrejo Rp 70.000 per kilo gram, dan di Pasar Wonokromo Rp 90.000 per kilo gram. “Meningkatnya harga cabe rawit disebabkan stok dan produksinya yang mulai berkurang akibat curah hujan yang cukup tinggi,” kata Nanang yang dikuitf dari Republika.co.id, Selasa (14/12/2021).
Sementarqa Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Hadi Sulistyo, mengatakan, berdasarkan perkembangan tanaman tegakan pada kuartal ketiga 2021, potensi luas panen komoditas cabai rawit pada November seluas 1.441 hektar dan Desember seluas 8.764 hektar. Sesuai kondisi tersebut, potensi produksi komoditas cabai rawit pada bulan November 2021 mencapai 7.347 ton dan potensi produksi Desember 2021 sebesar 16.583 ton.
“Potensi ketersediaan cabai rawit pada November surplus sebesar 1.816 ton dan Desember diprediksi surplus 11.052 ton,” ujar Hadi.
Sedangkan akumulatif dalam setahun capaian produksi cabai rawit sepanjang 2021 di Jawa Timur mencapai 474,192 ton atau surplus tahunannya mencapai 407.820 ton.
Ditambahkan Hadi, daerah yang panenan cabai rawitnya cukup luas di akhir 2021 ini berada di daerah Blitar, Malang, Jember, Lumajang, Sumenep, dan Probolinggo.
“Untuk mempertahankan ketersediaan cabai ini, beberapa hal menjadi perhatian. Antara lain mengantisipasi adanya dampak La Nina berupa bencana hidrometeorologi banjir yang berpotensi mengancam sektor pertanian. Selain itu optimalisasi pewaspadaan terjadinya peningkatan serangan organisme penganggu tumbuhan, karena musim hujan memiliki kelembaban tinggi,” ungkap Hadi.
Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji mengatakan Pemerintah Kota Surabaya telah menggelar operasi pasar di seluruh kecamatan di Kota Surabaya dan upaya menstabilkan harga kebutuhan menjelang Nataru. Salah satu komoditas yang dijual dalam operasi pasar tersebut adalah cabai.
“Memang menjadi siklusnya saat pergantian musim dan bertepatan dengan natal dan tahun baru. Selain itu, turunya level PPKM menyebabkan permintaan cabai tinggi karena restoran dan warung makanan sudah buka kembali,” ujar Armuji.
Oleh karena itu, ia mengajak warga mengoptimalkan lahan-lahan pekarangan yang ada di sekitar rumah untuk bisa ditanami tanaman pangan produktif seperti cabai, terong, dan sayur mayuran. “Dengan begitu, kemandirian pangan kita akan lebih terjaga. Tidak butuh lahan luas, ada yang menggunakan pot, cabe bisa tumbuh,” pungkas dia. ( * )