Pagelaran Wayang Kulit Sebagai Puncak Acara Peresmian Kantor Kelurahan Sananwetan
BLITAR, PEWARTAPOS.COM – Kantor Kelurahan Sananwetan mengadakan pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan dalang Ki Suwondo mengangkat lakon “Semar Mbangun Kahyangan”. Pagelaran wayang kulit tersebut berlangsung di Jl Ahmad Yani No 129 Kota Blitar pada, Rabu 27/12/2023 malam.
Lurah Sananwetan Heri Sukoco SE saat di konfirmasi mengatakan, pada intinya masyarakat Sananwetan sangat mengucapkan banyak terimakasih kepada pemerintah kota blitar, karena apa yang menjadi harapan warga masyarakat Sananwetan saat ini sudah terpenuhi.
“Iya masyarakat Sananwetan sangat bangga dengan pemerintah kota blitar karena apa yang di harapkan ternyata sudah terealisasi yakni, berdirinya kantor kelurahan sananwetan yang baru,” katanya.
Hari menceritakan, sebenarnya rencananya Pemerintah Kota Blitar ingin memindahkan Kantor Kelurahan Sananwetan ke Jl Sumatera, depan asrama polisi, akan tetapi warga tidak berkendak.
“Warga tidak mengizinkan jika kantor kelurahan sananwetan di pindah. Karena jika kantor kelurahan sananwetan di pindah maka akan hilang sejarahnya,” tuturnya.
Ia menjelaskan, jalan timur kantor adalah gerbang pintuk masuk ke kota Blitar. Menurutnya, kios kios itu dulu ada penghuninya tanpa sewa dan sekarang sudah direlokasi ke utaranya stadion kota Blitar.
Karena kios kios tersebut sudah tidak ada penghuninya, harapnya red, Heri Lurah Sananwetan. Pemerintah kota blitar segera membangun Taman yang indah. Sehingga, pintu gerbang masuk ke kota itu semakin indah dengan adanya taman tersebut. Dengan seperti itu ke depannya dan juga sesuai rencana pak wali bahwa balai kelurahan sananwetan yang posisinya ada di timur kantor kelurahan ini harapannya.
“Apa rencana pak wali mau dibangun itu mau ditinggikan sehingga. Balai itu nanti bisa dimanfaatkan oleh warga masyarakat. Untuk kegiatan hajatan atau kegiatan olahraga sehingga balai itu jika dapat dimanfaatkan bisa menjadi salah satu Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pemerintah Kota Blitar,”harapannya.
Lebih lanjut, kembali ke Cerita Semar Mbangun Khayangan, ini sangat populer dan banyak dipentaskan oleh para dalang, tak terkecuali dalang Ki Suwondo. Dalam pementasan Semar Mbangun Khayangan ini mengisahkan kegelisahan Semar akan nasib rakyat di Amerta yang semakin sengsara.
Ia pun berpikir dan mencari jalan keluar, salah satunya yaitu Semar ingin membangun khayangan.
Namun, khayangan yang dimaksud Semar bukanlah bangunan yang megah dengan segala isinya, melainkan mental dan jiwa para pandawa atau pemimpin yang diibaratkan Semar dengan nama Khayangan.
Semar menginginkan jika para Pandawa memikirkan nasib rakyatnya. Para pemeran lain seperti Bagong dan Petruk yang dimanifestasikan sebagai rakyat kecil pun kerap mengutarakan niat dan nasehatnya untuk para pemimpin besar agar tak bertindak semaunya dan disisipi dengan guyonan dan gelak tawa terjadi konflik antara para petinggi dan rakyat yang menuntut adanya perubahan di Amarta.
Namun Semar tetap melanjutkan tekadnya, meskipun tidak direstui oleh para penguasa dan pemimpinnya.
Dengan segala kemampuan yang dimilikinya dan tekad yang bulat akhirnya semar berhasil dalam menjalankan tapanya. Jamus Kalimasada adalah pusaka andalan Kerajaan Amarta, Kalimasada tidak lain adalah “Dua Kalimat Syahadat” yang merupakan kunci ke-islaman seseorang.
Penggambaran pemimpin yang terlihat dalam pewayangan Semar Mbangun Khayangan ini memperlihatkan bagaimana upaya Semar dalam meluruskan kembali konsep pemimpin yang seharusnya bagi kerajaan Amarta.
Diakhir cerita, Heri Sukoco Lurah Sananwetan menyampaikan, bahwa dalam acara pagelaran wayang kulit ini sebagai salah satu upaya nguri uri budaya Jawa yang adi luhung.
“Agar generasi muda bisa meneladani perilaku dan budi pekerti para Pandawa yang selalu andap asir serta bijaksana dalam kehidupan sehari-hari,” pungkasnya. (dik).