Pemkab Pasuruan, Normalisasi Jaringan Irigasi Dan Anak Sungai Di 60 Titik
PASURUAN,PEWARTAPOS.COM -Untuk menjaga agar saluran pembuangan tetap baik, Pemerintah Kabupaten Pasuruan melalui Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Tata Ruang, rutin menormalisasi jaringan irigasi maupun anak sungai.Untuk tahun 2021 ini, ditargetkan sekitar 50-60 titik yang menjadi lokasi normalisasi.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Tata Ruang Kabupaten Pasuruan, Misbah Zunib mengatakan, untuk menormalisasi seluruh lokasi tersebut, anggaran sebesar Ro 6 Milyar telah disiapkan.
“Normalisasi jaringan irigasi dan anak-anak sungai masih rutin kita lakukan. Dan untuk tahun ini sudah disiapkan Rp 6 Milyar untuk melaksanakan kegiatan ini,” kata Misbah, di sela-sela kesibukannya, Kamis (14/01/2021) sore.
Hanya saja, untuk normalisasi tahun ini yang akan dimulai akhir bulan ini, tidak dilakukan di seluruh kecamatan se-Kabupaten Pasuruan. Melainkan di 7 kecamatan, yakni Gempol, Pandaan, Beji, Bangil, Rejoso, Winongan, dan Gondang Wetan.
Menurut Misbah, kegiatan normalisasi tak ujuk-ujuk dilakukan dengan mengcopy paste kegiatan tahun 2020 lalu. Melainkan berdasarkan pemetaan terhadap lokasi normalisasi. Termasuk usulan yang datang dari warga, pemerintah desa maupun kecamatan.
“Kalau normalisasi tahun lalu ada yang belum selesai, ya kita selesaikan tahun ini. Tapi rata-rata semuanya yang dilakukan tahun lalu ya langsung selesai. Selain kita yang melakukan mapping, usulan dari warga, pemerintah desa maupun kecamatan ikut memberikan saran untuk penentuan lokasi sasaran,” terangnya.
Lebih lanjut Misbah menegaskan bahwa normalisasi diperlukan untuk meminimalisasi pendangkalan jaringan irigasi yang kerap terjadi. Sehingga, diperlukan normalisasi agar jaringan irigasi dan anak-anak sungai bisa tetap terjaga fungsinya.
Dalam praktek di lapangan, kegiatan normalisasi dilakukan dengan menggunakan alat berat berat yang dimiliki dinas, serta di beberapa titik dengan menggunakan tenaga manusia. Kata Misbah, masih perlunya tenaga manusia, lantaran di beberapa lokasi normalisasi, kondisi jalannya tak bisa dilewati oleh alat berat tersebut.
“Untuk realisasinya (normalisasi) mayoritas menggunakan alat berat yang kami miliki. Di sebagian titik, juga menggunakan tenaga manusia karena tidak bisa dijangkau dengan alat berat,” tutup Misbah. ( * )