Pemkab Trenggalek Jadikan 118 Desa Jadi Prioritas Penanganan Stunting
TRENGGALEK, PEWARTAPOS.COM – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek. Terus brupaya untuk menciptakan generasi di daerahnya agar lebih baik dengan cara mensosialisasikan rembuk stunting yang di gelar di aula Agro Park Kabupaten Trenggalek, senin 27/02/2024.
Rembuk Stunting bertema Ciptakan Generasi Sehat dan Cerdas Melalui Optimalisasi Intervensi Pra Stunting dan Kejar Tumbuh Kembang.
Dalam agenda ini terdapat empat sasaran Rembuk Stunting 2024. Pertama, menguatkan peran lintas sektor dalam konvergensi intervensi stunting; kedua, meningkatkan pergerakan pelaksanaan intervensi spesifik dan sensitif; ketiga, menetapkan sasaran dan desa lokus serta rencana program beserta indikator kinerja dan kebutuhan pendanaan dalam rencana kegiatan percepatan penurunan stunting; keempat, menguatkan kesepakatan pemerintah desa lokus (lokasi prioritas) untuk meningkatkan alokasi kebutuhan pendanaan program.
Itu dilakukan karena pemkab ingin terus menurunkan angka stunting. Mengingat tahun ini, pemerintah pusat telah menetapkan target penurunan stunting di angka 14 persen. Namun, berdasarkan survei status gizi Indonesia 2022, persentase stunting masih mencapai 21,6 persen.
Bupati Trenggalek Moch Nur Arifin melalui asisten I Sekertaris Daerah (Setda) dr Saeroni mengungkapakan, “Untuk mewujudkan hasil yang optimal di akhir tahun RPJMN ini, maka kami (Pemkab Trenggalek, Red) berusaha lebih keras untuk percepatan penurunan stunting tingkat kabupaten yang kini telah mencapai 6,62 persen,” ungkapnya.
Saeroni melanjutkan, sebenarnya aksi konvergensi percepatan penurunan angka stunting di Trenggalek telah dimulai sejak 2019. Yakni dengan jumlah lokus saat itu 10 desa.
Program tersebut dilanjutkan pada tahun 2020 ada 25 Desa lokus, 2021 ada 21 Desa, 2022 ada 15 Desa, 2024 ada 30 Desa. Kemudian untuk tahun 2025 nantinya, ada 27 Desa.
“Ini meliputi Desa Cakul, Kecamatan Dongko; Desa Barang, Karangtengah, Nglebeng, Ngrencak, Terbis, Banjar, Manggis, dan Panggul, Kecamatan Panggul; Desa Jombok, Sidomulyo, Joho, Puyung, dan Pule, Kecamatan Pule; Desa Wonokerto, Mlinjon, Ngrandu, dan Puru, Kecamatan Suruh; Desa Pucanganak, Nglinggis, Dermosari, dan Banaran, Kecamatan Tugu; Desa Surenlor, Depok, Kecamatan Bendungan; Desa Sumbergayam, Kecamatan Durenan; serta Desa Craken dan Masaran, Kecamatan Munjungan dilihat dari ini ada desa di tujuh kecamatan, berarti ada desa di separo kecamatan sini yang tidak menjadi lokus stunting,”lanjutnya.
Lebih lanjut, Saeroni menambahkan, penetapan lokus desa tersebut dilakukan untuk menangani masalah multisektor dalam penanganan stunting. Dari berbagai upaya yang dilakukan Pemkab Trenggalek selama 5 tahun ke belakang, pada akhirnya angka stunting mengalami penurunan menjadi 8,28 persen. Dengan demikian, rata-rata laju penurunan sebesar 1,6 persen per tahun.
“Hal tersebut merupakan sinyal positif bagi kami (Pemkab Trenggalek, Red) untuk mencapai zero stunting di masa yang akan datang sebagai upaya pembangunan manusia berkualitas,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkesdalduk KB) Trenggalek, dr Sunarto menambahkan, stunting merupakan proses gagal tumbuh. Hal tersebut bukan hanya pada proses pertumbuhan badan, melainkan yang lain seperti mental, kecerdasan, dan sebagainya. Karena itulah, kini pemkab semangat menciptakan generasi lebih baik dengan melakukan penanganan stunting.
“Dengan Rembuk Stunting ini, kami akan ngobrol bareng dan dipecahkan bersama berbagai masalah dalam melakukan penanganannya di sini (Trenggalek, Red) agar bisa lebih fokus. Semoga stunting di sini bisa diatasi dan pemkab akan hadir dalam penanganannya,”pungkasnya (adv/dik).