Peringati HAUL Ke 12 Gus Dur, Semangat Toleransi Antar Umat Beragama Masih Terus Dijaga
JOMBANG, SKO.COM – Tepat pada 30 Desember 2009 yang lalu, seorang tokoh berpengaruh bagi bangsa Indonesia berpulang. KH. Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur, tokoh yang menjadi sentral panutan toleransi dan kebangsaan, tokoh yang memiliki ilmu dan budi pekerti yang luhur.
Jasa dan pengabdian Gus Dur kepada bangsa ini tentunya sudah tidak usah dihitung lagi. Menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia ke-4 tentunya membawa dampak yang signifikan bagi perkembangan dan kemajuan negara. Gus Dur pernah pula menjadi pemimpin PBNU dengan keilmuwan yang dimilikinya.
Peringatah HAUL Gus Dur ke -12 tahun ini menjadi sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sudah 2 tahun ini, peringatan Gus Dur hanya dihadiri oleh sedikit undagan dan tokoh sebagai dampak dari adanya pandemi covid-19. Pada tahun ini, pusat kegiatan HAUL dipusatkan di Ciganjur.
Namun antusiasme masyarakat tetap menggelora, hal tersebut nampak dari jumlah peserta dalam Zoom yang mencapai lebih dari 2000 peserta. Belum lagi antusiasme masyarakat sekitar kompleks kediaman Ibu Sinta Nuriyah Wahid (Istri Gus Dur) di Ciganjur dan juga di Kompleks Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Disampaikan pula bahwa acara HAUL ini juga disaksikan dari Jerman, Taiwan, Jogjakarta dan beberapa daerah lainnya.
KH Abdul Hakim Mahfudz, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang menyatakan bahwa sosok Gus Dur merupakan contoh sosok yang dicintai oleh bangsa ini. Semasa hidupnya Gus Dur mengukir cerita indah yang digambarkan dalam suatu syair apik.
“ Tiada satupun di dunia ini yang kekal, maka ukirlah cerita indah sebagai kenangan, karena dunia memang sebuah cerita,” ujar KH. Abdul Hakim, dalam keterangannya dari Jombang Jawa Timur pada Kamis (30/12/21) malam.
Dalam buku autobiografi karangan Muhammad As’ad Syihab, Gus dur diabadikan sebagai Wadhi’ Labinah Istiqlal Indonesia yang berarti peletak dasar kemerdekaan Indonesia. Beliau merupakan pejuang yang memiliki keluhuran ilmu dan akhlak yang mampu mempersatukan rakyat dan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan. Wejangan beliau mengenai pentingnya menjalin Ukhuwwas juga bisa kita dapatkan dalam karya-karya beliau semisal Al-Mawa’idh at Tibyan, Muqoddimah Qonun Asasi dan beberapa kitab beliau lainnya.
Sebagai cucu dan putra dari tokoh pendiri bangsa, Gus Dur mewarisi nasab mulia sekaligus keluhuran dan kemuliaan yang dimiliki leluhurnya. Gus Dur juga mewarisi semangat sang kakeh dalam memperjuangkan ukhuwwah. Hal itu dibuktikan dengan keberhasilannya dalam merangkul, menggandeng dan mengikat semua elemen bangsa ini menjadi satu kesatuan rakyat Indonesia.
“ Maka tidaklah heran di setiap HAUL Gus Dur, setiap elemen bangsa ikut turut serta melaksanakan HAUL setiap tahunnya. Peziarah di makam beliau tiada pernah sepi baik dari golongan muslim maupun non muslim, yang semuanya mencintai dan mengenang beliau sebagai pejuang kemanusiaan,” imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, beberapa tokoh masyarakat dan agama juga ikut turut serta memberikan testimoni. Seperti misalnya Menteri BUMN, Erick Thohir yang menjadikan Gus Dur sebagai inspirasi tokoh teladan yang menjunjung tinggi toleransi dan persatuan bangsa.
“ Bagi saya pribadi beliau adalah pejuang kemanusiaan yang tidak lelah memperjuangkan kepentingan masyarakat. Beliau menjadi tauladan saya dalam membangun kebijakan kebijakan yang bertujuan untuk membawa kemaslahatan bangsa. Indonesia patut berbangga memiliki tokoh bangsa seperti beliau,” ujar Erick.
Selain itu juga ada H.E. Kyabje Dagri Rinpoche yang mewakili umat Budha juga memuji dedikasi Gus Dur dalam mewujudkan kerukunan antar umat beragama.
“ Almarhum Presiden Wahid bekerja keras untuk mewujudkan kesetaraan, kerukunan umat beragama. Oleh karena itu banyak orang yang memuji dedikasinya yang luar biasa. Saya sendiri mendengar banyak cerita hebat tentang karyanya. Saya bersuka cita dan berterimakasih kepadanya,” pungkas Dagri Rinpoche.