PLN Salurkan Rp 4,8 Miliar Bantuan Untuk Petani
SURABAYA,SKO.COM – PT PLN (Persero) melalui PLN Peduli mengalokasikan dana Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) sebesar Rp 4,84 miliar untuk mendukung sektor pertanian melalui program Electrifiying Agriculture di 54 lokasi se-Indonesia.
Program ini merupakan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan produktifitas pertanian melalui pemanfaatan energi listrik untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman atau mempermudah pengolahan infrastruktur pendukung pertanian ataupun peternakan dan perikanan.
“Diharapkan program-program Electrifiying Agriculuture ini mampu meningkatkan produktivitas dalam sektor pertanian sehingga mampu meningkatkan kesehjateraan masyarakat,” ungkap Executive Vice President Komunikasi Korporat dan CSR PLN, Agung Murdifi, Senin (5/7/2021).
Salah satu contoh program Electrifiying Agriculture yang sudah dilaksanakan berada di Desa Betet, Ngronggot, Nganjuk, Jawa Timur. Dikenal dengan Wisata Tani Listrik Terpadu Betet yang mengusung Wisata Tani Unggul di Tangan Pemuda Regul.
Tidak hanya menawarkan sisi wisata, Desa Betet juga digunakan sebagai tempat pertanian milenial yang mengkolaborasikan penerapan teknologi dan sektor pertanian.
“Di mana dalam sektor pertanian green house menggunakan sinar ultraviolet untuk mempercepat masa tanam pada tanaman hidroponik seperti tanaman Sawi Pakcoy (Bok choy), Kangkung, bayam, serta pengunaan springkle pada lahan bawang agar dapat terairi secara baik,” terang Agung.
Ketua Kelompok Tani, Achmad Syaikhu menjelaskan, Wisata Tani Listrik Terpadu Betet tetap melakukan kegiatan selama masa pandemi mengikuti arahan dari pemerintah dan menetapkan protokol kesehatan.
“Terima kasih kepada PLN dengan adanya listrik dalam lingkunan persawahan pertanian, para petani merasa terbantu dalam segi penghematan biaya operasional untuk pengunaan bahan bakar minyak, dan penggunaan springkle dalam pertanian mampu menghemat tenaga kerja, penggunaan air dan mengurangi hama pada tanaman bawang.
Selain Desa Betet PLN juga membantu peningkatan poduktivitas petani buah naga di Banyuwangi melalui program “Listrik Untuk Sang Naga”. Program ini mendorong peningkatan perekonomian petani karena panen dapat dilakukan sepanjang tahun, dimana untuk 1 hektare lahan dengan penyinaran dapat menghasilkan buah naga sebanyak 77 ton tiap tahunnya atau naik hingga 4 kali lipat.
Dampak secara masif pun bukan hanya dirasakan oleh petani buah naga, namun juga masyarakat. Tercatat sampai dengan Juni 2020, sudah 6618 petani buah naga yang memanfaatkan listrik sebagai teknologi untuk menyinari ladang mereka.
Efek domino dari program ini membantu memciptakan banyak lapangan kerja yang tumbuh dari sektor pendukung pertanian buah naga, mulai dari berbagai usaha pengolahan buah naga, hingga munculnya kelompok sadar wisata yang menjadikan ladang buah naga sebagai destinasi agrowisata, seperti Agrowisata Petik Jeruk dan buah naga. ( * )