SIDOARJO, PEWARTAPOS.COM – Bagi PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia,Tbk (Tjiwi Kimia) karyawan adalah aset perusahaan yang harus dijaga kesehatan dan keselamatan. Berawal dari komitmen ini, Tjiwi Kimia yang merupakan salah satu perusahaan besar di Asia Tenggara bersama perusahaan lain dibawah naungan APP Sinarmas menggelar 4th Health and Safety Conference 2024, selama 3 hari mulai 23-25 Juli 2024.
4th Healty and Safety digelar untuk merumuskan bagaimana supaya tidak terjadi kecelakaan kerja yang diawali dari pelanggaran.
Konferensi yang merupakan kali pertama digelar seusai pandemic diikuti sedikitnya 46 orang team K3 dari perwakilan 18 pabrik APP Sinarmas yang berasal dari Jawa Timur, Jakarta, Jawa Barat, Sumatera, dan daerah lainnya.
Beny Haryawan selaku Humas Tjiwi Kimia secara rutin mereview seluruh pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan keselamatan kerja untuk menjaga supaya pabrik tidak ada kecelakaan. Baik kecelakaan kerja pada karyawan maupun kecelakaan yang berakibat kerusakan mesin.
“Kegiatan ini bentuk nyata Tjiwi Kimia dan App Sinarmas atas kesungguhannya dalam menjaga keamanan dan keselamatan pekerja,” jelasnya. “Semua kita evaluasi, monitor keselamatan kerja dan dibuatkan kebijakan terkait hal itu,” lanjut dia.
Dalam sambutannya Head of Corporate Resilience Division, Mark Christoper Sharp mengatakan, setiap orang bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan. Safety sangat penting sehingga kegiatan semacam ini juga sangat penting untuk dilakukan.
“Saling mendengar dan berbagi pengalaman dalam konferensi sangat penting untuk dilaksanakan guna memunculkan improvisasi dan kebijakan dalam upaya menciptakan budaya keselamatan kerja di perusahaan,” paparnya
Sementara Mill Health and Safety Manager APP, Wildan Muhammad mengatakan, Health and Safety Conference dilaksanakan setiap tahun dengan materi kegiatan berbeda.
“Kita sesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Tahun ini temanya tentang Human Organisational Performance,” bebernya.
Penentuan tema biasanya berdasar dari kejadian atau peristiwa di lingkungan perusahaan. Kemudian dibahas bersama dalam konferensi untuk diambil rumusan dan kebijakan ke depan.
“Misalnya, angka insiden turun tapi fatalitasnya tetap. Kemudian dari hasil analisis diketahui masih banyak yang perlu improvisasi, terutama human error. Nah hal-hal seputar itu yang dibahas dalam beberapa hari konference,” tandas Wildan. (zki)