GRESIK, PEWARTAPOS.COM – Ta’aruf dan buka puasa bersama putro wayah Kyai Tumengggung Poesponegoro, Bupati Gresik 1 (1669-1732), yang dilaksanakan Minggu (16/4/2023) di Pendopo Pusoro Katemenggungan Gresik, menghasilkan beberapa keputusan penting, diantaranya rencana pelantikan pengurus yayasan dan pembenahan kompleks makam.
“Pelantikan yayasan masa bhakti 2022-2027 nanti akan kita koordinasikan dengan Bupati Gresik, apakah nanti di Pendopo Kabupaten Gresik atau di Pendopo Pusoro Katemenggungan ini. Mungkin setelah Lebaran nanti,” tegas Ketua Umum Yayasan KB Kyai Tumenggung Poesponegoro, Prof. Dr.K.Ng.H.Imron Arifin, M.Pd, kepada pewartapos.com disela-sela acara.
Rencana kegiatan lain adalah pembenahan Kompleks Pusoro Asmarataka atau biasa disebut juga Kompleks Makam Gapuro Sukolilo karena pembangunan terakhir dilakukan Tahun 1974 an, yakni pagar pembatas dengan rumah warga dan sanitasi lingkungan. “Pagar pembatas itu sudah roboh yang sebelah selatan juga falisitas kamar mandi dan WC yang sudah saatnya direhabilitasi,” ujar Gubu Besar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang itu.
Sedangkan yang saat ini sudah dilakukan adalah pavingisasi jalan dan penambahan lampu-lampu penerangan dengan rumah lampu lampion dari batu. “Sekarang lebih terang dan jalanannya sudah paving,” paparnya.
Sementara Kyai H. Abu Hamirun, S.H, Ketua Dewan Penasehat Yayasan Kyai Tumenggung Poesponegoro, menjelaskan pelaksanaan ta’aruf ini mengumpulkan putro wayah-putro wayah yang tercecer dan kini mari bersama-sama membangun dan memperhatikan bangsa.
“Disini dahulu adalah tempat sarasehan para bangsawan untuk memikirkan bagaimana mengusir penjajahan yang jaman dahulu adalah VOC, selain itu juga untuk mengasah kerohanian, olah bathin dan olah rasa,” ujar pria yang dimasa mudanya dekat dengan Gus Dur itu.
Di tempat terpisah, para pelaku spiritual yang ngangsu kaweruh dan mengabdi di Pusoro Katemenggungan, bahkan ada yang sudah puluhan tahun, mengaku senang dengan kondisi kompleks makam saat ini. “Kami hanya berharap pengertiannya saja, karena antara laku spiritual dengan laku duniawi ini sangat berbeda. Kalau kami segala sesuatunya selalu menunggu petunjuk dan perintah dari Eyang (Poesponegoro),” kata pria berperawakan kurus dan tidak mau disebut namanya. (joe)